Serial Resensi Buku Kelima: Menyambut Kolokium Spiritualisme Dunia, Kristus di Zaman Modern

Aug 17, 2023 | Essai

Views: 0

Energi positif. Pengetahuan meta waktu. Mata batin yang meruang. Puitik yang merasuk. Passing over. Reflektif dan substantif. Begitulah oleh-oleh ketika membaca buku “Kesadaran Kristus: Kebangkitan Spiritual Menuju Bumi Surgawi”.

Buku keren yang diterbitkan oleh Mahadaya Yogyakarta Indonesia. Berbahasa Indonesia dan ditulis oleh Setyo Hajar Dewantoro, guru spiritual yang sangat produktif serta semangat. Buku ini terbit pertama pada Desember 2021.

Baca Juga Serial Resensi Buku Pertama: Menyambut Kolokium Spiritualisme Dunia, Menyurgakan Bumi Indonesia

Tesis Menarik

Tesis psikologis dalam buku ini yang menurut penulis paling menarik, “Banyak manusia yang mengharapkan hidup ini selalu seperti keinginan egonya. Saat egonya menguat, manusia cenderung memaksa agar hidup bisa berjalan sesuai kepentingannya, kemauannya, pengharapannya, idealitasnya. Padahal, egomu yang tak terkendali itulah pangkal penderitaanmu (h.55).”

Derita manusia memang “kisah purba” setua peradaban. Banyak manusia menderita karena ilusi: baik terjajah oleh eksternalitas maupun hasrat egoistiknya sendiri. Ini karena mereka menjauhkan diri dari realitas bumi surgawi yang sesungguhnya riil dan berada (h.48).”

Baca Juga Serial Resensi Buku Kedua: Menyambut Kolokium Spiritualisme Dunia, Bisakah Agama dan Agamawan yang Berbeda Bertemu?

Betapa pedihnya hidup manusia di dunia karena egonya, maka mereka disarankan untuk menikmati dan bahagia saja sebab semesta selalu punya hukumnya. Agar mereka bisa bahagia, Tuhan mengirimkan nilai/teks, agensi dan tradisi. Dalam drama ini ketiganya bertugas sebagai pembaharu, penolong, sumber kekuatan, dan sumber yang menghidupkan. Ketiganya hidup dan hadir senantiasa membawa kebaikan, kesejukan, ketenangan, kedamaian dan kegembiraan.

Yesus Kristus memang pada mulanya sekedar nama, gelar, istilah atau lambang yang dipakai di dalam Alkitab untuk menggambarkan “manusia tercerahkan.” Beberapa gelar umum yang dipakai untuk menggambarkan Yesus Kristus adalah Mesias, Juru Selamat, Anak Allah, Anak Domba Allah, Tuhan, Anak Daud, Allah yang Mahatinggi. Tentu, nama-nama itu lahir karena melihat ucapan, pikiran, tulisan dan tindakan “manusia tercerahkan” tadi yang hadir di sekitar mereka.

Baca Juga Serial Buku Ketiga: Menyambut Kolokium Spiritualisme Dunia, Laku Tantra Purba di Zaman Modern

Itulah kesadaran kristus. Dengan klaim itu, seseorang akan mengenali identitas dirinya; seseorang akan mendapatkan persepsi langsung dari hukum dan prinsip-prinsip yang digunakan Tuhan untuk menciptakan alam semesta yang berkelanjutan yang tidak akan merusak diri sendiri, sesama, lingkungan dan jagad raya.

Oleh karena itu, kita dapat bersama Tuhan sedemikian rupa sehingga selamat dan menyelamatkan; bahagia dan membahagiakan. Ketika kita tahu asal spiritualitas dan mengetahui hukum-hukumnya, kita memiliki landasan yang sempurna untuk mengekspresikan kehidupan dalam lingkungan yang aman di mana kita akan terus selaras dan menyelaraskan.

Beyond Religions

Buku ini tentu saja bukanlah buku bagi agama(wan) tertentu. Tapi buku untuk semua manusia. Beyond religions. Sebab buku ini memuat ajaran spiritual yang universal: dari, oleh dan untuk manusia. Ia menggambarkan dan memberi solusi terhadap problema paria dan kecemasan manusia pada umumnya, agar hidup manusia penuh keselarasan dan suka cita: berkarya dan bergembira.

Baca Juga Serial Buku Keempat: Menyambut Kolokium Spiritualisme Dunia, Beryoga agar Bisa Tertawa

Penulis sepertinya sedang berusaha secara metarasional memproduksi munculnya gerakan penyadaran dan penyelamatan. Gerakan penyadaran via lembaga persaudaraan matahari dan gerakan penyelamatan ini dibahasakan sebagai kebangkitan kesadaran Kristus.

Sebetulnya kisah penyadaran dan penyelamatan ini terjadi di banyak era. Salah satu era yang paling terkenang di dalam sejarah terjadi pada abad ke-1, dipersonalisasi oleh Yesus Kristus atau Yeshua Ha Mashiah. Yesus Kristus atau Yeshua Ha Mashiah adalah salah seorang yang merealisasikan kualitas Kristus secara paripurna dan menyebarluaskan ke seluruh bumi, mengajak semua orang menjadi Kristus: manusia agung yang mengagung.

Menjadi berkesadaran kristus artinya menjadi jiwa ilahi, menjadi jiwa yang di dalam dirinya tumbuh kualitas keilahian berupa kasih murni, kebijaksanaan, keadilan, keselarasan, dan seterusnya di zaman modern yang post-truth. Tentu ini kerja raksasa, tekad peradaban surga. Kalian tertarik? Beli, baca dan praktekkan segera.(*)

Yudhie Haryono

Direktur Eksekutif Nusantara Centre

Baca Juga

0 Comments
  1. Kalau penulis kurang jujur dalam menyajikan karya tulus, pasti dan pasti akan menyesatkan. Maka catatlah sejarah sebagaimana adanya. Syukur2 bisa…

  2. Sangat menginspirasi dan menopang semangat

  3. Sangat inspirasi, membantu menumbuhkan motivasi dan penopang semangat

Pin It on Pinterest

Share This