Menggores Tinta Emas Bagi Negeri

by | Jul 30, 2021 | Pojok

Views: 0

Perubahan besar terjadi di dunia ini setiap kali ada tulisan-tulisan yang berpengaruh. Di setiap masa di mana turun kitab-kitab suci, perubahan itu terjadi. Begitu juga dengan buku-buku yang ditulis oleh baik para ilmuwan, filsuf, sastrawan, dan lain sebagainya. Bukti bahwa peran tulisan tidak bisa dianggap remeh dan bahkan setiap huruf yang terbentuk dan ada di dunia ini memiliki pengaruh terhadap kehidupan manusia hingga saat ini dan entah sampai kapan.

Disebutkan dalam Al Qur’an bahwa setiap huruf yang ada di dalamnya bahkan dijaga oleh Malaikat. Bila dibaca sekedar teks kalimat tersurat saja semestinya paham bahwa tidak sembarangan Allah menurunkan Al Qur’an, pemilihan bahasa dan hurufnya pun dibuat sedemikian rupa karena kebesaran Allah. Apalagi bila dimaknai lebih mendalam, seperti diterjemahkan dalam bentuk kalimat matematika (angka) – angka adalah kata dalam bentuk simbol matematika yang disepakati.

Setiap huruf merupakan simbol tersirat, di mana bila menjadi kata dan kalimat, memiliki arti tersendiri. Oleh karena Itu, Al Qur’an tidak bisa diubah sebab satu saja penambahan huruf, meski nilainya 0 (nol), tetap mengubah arti. Dan sekaligus juga membuktikan bahwa tidak akan ada manusia yang mampu membuat Al Qur’an, manusia bisa menulis kata dan kalimat Indah, namun tidak akan sanggup membuat kata dan kalimat dengan arti tersirat seperti yang ada di dalam Al Qur’an. Kemampuan manusia terbatas.

Bila dipikirkan baik-baik dan dipelajari serius, meski mengucapkan dan menulis kata bisa dianggap mudah dan bisa seenaknya, namun sesungguhnya tidaklah demikian. Banyak faktor yang mempengaruhi seseorang di dalam pemilihan kata dan membuat kalimat. Wawasan, daya bahasa, ilmu pengetahuan, budaya, lingkungan, politik, dan bahkan kondisi psikologis serta kejiwaan pun berpengaruh. Kata sendiri terbentuk dari kesepakatan antar manusia di sebuah wilayah berdasarkan faktor budaya, lingkungan, cara dan pola pikir masyarakat di wilayah tersebut. Misalnya aksara China terbentuk dan dibuat berdasarkan apa yang dilihat. Bentuk kata “rumah”, contohnya, bila diperhatikan adalah seperti gambar rumah dan ditulis seperti sedang menggambar rumah. Apa yang dilihat menjadi penting bagi masyarakat China, dan dibuktikan lewat setiap huruf yang terbentuk.

Tidak perlu heran bila salah satu tes untuk mengetahui kemampuan intelektual seseorang adalah lewat jumlah kosa kata yang dimiliki, data bahasa, serta kemampuan membuat tulisan dalam bentuk kalimat-kalimat. Hal ini berpengaruh juga terhadap kemampuan membaca dalam arti, memahami dan memaknai. Banyak kata mengandung banyak arti, bukan hanya sekedar teks dan tersurat, perlu dilihat teks dan konteks, serta makna yang tersirat. Belum lagi bila dikaitkan dengan jenis kata dan kalimat, simbol, dan permainannya.

Politik bahasa, terutama lewat politik hermeneutika bahasa merupakan salah satu alat politik yang mengerikan, lebih berbahaya daripada bom atom sebab bisa membunuh secara perlahan dan merusak serta menghancurkan. Pembodohan dan penjajahan lewat bahasa sudah banyak sekali contohnya, begitu juga pertahanan dan upaya mencapai tujuan lewat bahasa sudah dibuktikan sepanjang sejarah. Jepang menjaga bahasanya untuk tidak dijajah. Mao melakukan revolusi budaya dengan mengembalikan bahasa China kepada yang baik dan benar untuk membangun nasionalisme, Perancis menjaga bahasanya untuk menjaga kedudukan dan posisi negara, bangsa, dan rakyatnya di mata dunia. Bagaimana dengan Indonesia?

“Satu Bahasa, Bahasa Indonesia” yang dikumandangkan para pemuda pada saat Sumpah Pemuda, tentunya bukan hanya bermakna “wajib berbahasa Indonesia”, tetapi bila dipikirkan lebih mendalam memiliki makna yang sangat kuat. Bahasa Indonesia yang terbentuk dari kumpulan ragam bahasa daerah dan adaptasi, menunjukkan bahwa meski berbeda-beda tetap bisa menjadi satu bila bersama-sama berusaha mencapai satu tujuan. Bila tidak ada satu tujuan, meskipun sama-sama berbahasa Indonesia, tetap tidak akan pernah bersatu. Perlu diingat bahwa Indonesia adalah sebuah negara yang memiliki keragaman suku, budaya, bahasa yang paling banyak di dunia, yang tersebar di kepulauan yang jumlahnya pun paling banyak di dunia ini. Lantas apa yang bisa menjadikannya satu?!

Bila pun dikaitkan dengan sejarah, Indonesia sudah mengenal sastra sejak lama, yang terbukti dari banyaknya peninggalan prasasti, kitab, dan manuskrip. Menulis bukanlah sesuatu yang baru dalam budaya bangsa Indonesia, dan bahkan penggunaan kata pun sangat diperhatikan teliti, ada tata kramanya sendiri. Ini menunjukkan betapa beradabnya bangsa Indonesia sejak dulu.

Di dalam perjuangan kemerdekaan pun, kata menjadi salah satu perhatian yang penting. Buku “Student Hidjo”, sebuah novel yang diterbitkan pada tahun 1918, karya Marco Kartodikromo, adalah novel sastra pertama yang menggunakan kata “Saya”, bukan “Aku atau Hamba”, seperti sebelumnya. Kata “Saya” dipilih digunakan untuk menyetarakan atau memberikan posisi sejajar antara pribumi dan penjajah, begitu juga dengan seluruh rakyat tanpa perbedaan kasta. Aku, terlalu “kasar” dan egois, sedangkan Hamba terlalu merendahkan diri. Pemikiran ini sungguh luar biasa, dan walaupun tidak diberikan perhatian khusus saat ini, namun hendaknya diingat dan dicatat sebagai bagian dalam sejarah perjuangan. Walaupun tidak terlalu kentara, sebab tidak pakai darah dan kekerasan, namun memiliki peran penting dalam sejarah Indonesia. Kata “Saya” adalah soal harga diri dan kehormatan.
Tinta Emas Negeri, ingin kembali mengingatkan pentingnya semua ini. Menorehkan kembali apa yang semestinya dengan tinta emas, tinta terbaik bagi negeri. Bukanlah sesuatu yang mustahil untuk menjadi manusia yang benar-benar beradab, beretika, dan berkelas bila Allah memberikan restu dan ridha. Yang terutama adalah terus berusaha memberikan yang terbaik lewat karya bertinta emas bagi negeri.

18 Juni 2021
Mariska Lubis

Baca Juga

0 Comments
  1. Kalau penulis kurang jujur dalam menyajikan karya tulus, pasti dan pasti akan menyesatkan. Maka catatlah sejarah sebagaimana adanya. Syukur2 bisa…

  2. Sangat menginspirasi dan menopang semangat

  3. Sangat inspirasi, membantu menumbuhkan motivasi dan penopang semangat

Pin It on Pinterest

Share This