Makanan dan Minuman

Jun 9, 2024 | Essai

Views: 2

Makanan dan minuman sangat penting bagi makhluk. Makanan dan minuman yang sekarang viral dengan singkatan mamin itu adalah kebutuhan. Dan bahkan pemenuhan mamin merupakan fitrah dan ibadah, karena ada perintah atas hal tersebut. Kurangnya mengonsumsi mamin akan berakibat munculnya rasa lapar dan haus. Jadi seberapa lamakah kita mampu untuk tidak makan dan minum?! Sedangkan dalam keadaan tidur saja, kita bisa terbangun karena kelaparan.

Pembukaan di atas mengingatkan kita tentang kisah Ashabul Kahfi. Kisah ini diceritakan dalam Al-Qur’an, di Surat Al-Kahfi. Di mana Surat Al-Kahfi ini sering sekali dibaca oleh Umat Islam di malam Jum’at, baik secara keselurahan, maupun sepuluh ayat awal dan sepuluh ayat akhir saja.

Ashabul Kahfi merupakan sebuah kisah yang sangat istimewa, sehingga termaktub dalam kitab suci. Dengan adanya kisah tersebut dalam kitab suci, tentu ada sesuatu yang penting yang ingin diberitahukan kepada kita, manusia akhir zaman. Coba kita perhatikan dan hitung, sudah berapa lama kisah ini dibaca dari dahulu sampai sekarang. Mungkin kurang lebih sejak 15 abad yang lalu. Dan itu akan terus berlanjut sampai Allah takdirkan manusia musnah dari muka bumi.

Banyak pertanyaan bisa muncul dari peristiwa itu. Peristiwa yang terjadi beribu-ribu tahun sebelum zaman Nabi Muhammad. Seperti, berapa lama Ashabul Kahfi menempuh perjalan dari tempat asalnya hingga sampai di goa tempat persembunyian mereka? Apakah mereka sempat membawa bekal? Ada apa dibalik kepergian mereka? Apa urgensi kisah itu ditampilkan dengan judul khusus di sebuah kitab suci? Kemudian, apa yang bisa kita petik dari surat tersebut untuk kepentingan hidup kita saat ini?

Untuk menjawab pertanyaan di atas atau pertanyaan-pertanyaan lainnya yang muncul dari kisah Ashabul Kahfi itu secara menyeluruh, tentu memerlukan paparan yang lengkap dan dengan data yang akurat serta valid. Dan orang yang bisa menjawab dan menjelaskannya tentulah orang yang benar-benar paham dan ahli dalam bidang tersebut.

Sebagaimana sama-sama kita ketahui bahwa, setelah Ashabul Kahfi sampai di goa tempat persembunyian, mereka pun tertidur. Entah karena kelapan, keletihan atau ketakuktan. Dan dalam Al-Qur’an mengatakan bahwa mereka tertidur berkisar 300 tahun lebih. Wow..! Bayangkan, selama itu tertidur, berapa generasi terlewati?! Sejauh mana mereka bersembunyi, sehingga selama itu pula tak ada seorang pun menemukan mereka?!

Mungkin sebagian dari kita pernah mendengar cerita dari para ustadz tentang kisah Ashabul Kahfi ini. Tentang tebangunnya mereka dari tidur panjang. Tentang bagaimana mereka bisa ditemukan. Dan tentang kenapa mereka terbangun.

Menurut penulis, ada dua hal yang menarik untuk dikisahkan saat mereka terbangun, yaitu mereka saling menduga tentang berapa lama mereka tertidur. Kedua, mereka merasa lapar dan butuh makanan.

Nah, kembali ke perihal makanan dan minuman. Ketika mereka terbangun, salah satu dari mereka meminta yang lainnya untuk mencari makanan dengan tiga pesan penting, yaitu;

  1. Makanan harus dengan klasifikasi Azkaa Tho’aman  أَزْكى طَعاماً

Sebuah standarisasi level makanan di atas thoyib dan halal. Why? Ada apa dengan mamin kala itu? Apakah ada persamaan kualitas dengan mamin kita sekarang? Di mana sebagian dari kita sudah tidak peduli dengan “kesucian” dari makanan dan minuman yang dinikmati. Kita sering abai akan thoyyib dan halalnya mamin tersebut. Terkadang tanpa sadar perilaku hewan muncul saat kita lapar. Asal bisa makan.

Ada apa dengan mamin, sehingga diprotek sedemikian rupa?

Ketika kita mamin, maka mamin tersebut akan masuk ke daam tubuh. Menjadi darah dan diproses menjadi menjadi unsur regenerasi tubuh untuk bertahan hidup dan rehabilitasi bagian tubuh. Dan mamin yang masuk ke dalam tubuh akan mempengaruhi perilaku dan jiwa seseorang. Efeknya bisa dirasakan oleh dirinya sendiri atau orang di sekitarnya. Contohnya bisa dilihat dari kebijakan yang diambilnya saat dia berkuasa. Coba perhatikan orang di sekitar kita, atau mungkin diri kita sendiri. Apa yang terjadi, apa yang berubah? Periksa kembali cara berpikir, cara merasakan yang melibatkan akal dan jiwa.

  • Menjaga sikap saat bertemu dengan orang lain

Orientasi  tentang sikap yang dimaksud oleh Ashabul Kahfi kala itu tentu agar bisa selamat pergi dan pulang. Poin ini tertulis pada kalimat pendek, yaitu Walyatalathaf  (وَلْيَتَلَطَّفْ) dan Latif.

Walyatalathaf artinya hendaklah bersikap lemah lembut. Sedangkan Latif memiliki arti lemah lembut. Dua kalimat ini merupakan sebuah rujukan sikap dan perilaku ketika berada di manapun dan bertemu dengan siapa pun.

Luar biasa potret adab dan etika yang dicontohkan oleh Ashabul Kahfi. Sikap agar selamat dunia dan akhirat. Apakah kita pernah dan bisa berpikir seperti mereka ketika menghadapi persoalan?! Sebuah uji kepekaan, kepedulian dan kesiapan pada lingkungan. Level sense of crisis, level tinggi. Bagaimana dengan kita…?

  • Pesan strategis

Pesan yang layak dikatakan sebagai ilmu intelijen tertua yang pernah ada, yang tertuang dalam kalimat وَلَا يُشْعِرَنَّ بِكُمْ اَحَدًا

Artinya: jangan sekali-kali menceritakan halmu kepada siapa pun

Sebuah kalimat protektif atas diri dan komonitas serta acuan intelijen dam beroperasi. Dan Al-Qur’an sudah mencantumkan sejak 15 abad lampau bagi kaum beriman dan kaum muslimin. Apakah Anda terinspirasi…?!

Sebuah pertanyaan layak kita tanyakan kepada diri kita sendiri, yaitu sejauh mana kita yakin Al-Qu’an itu adalah hidayah/petunjuk? Sejauh mana kita mau mengkajinya? Mencerna apa yang disampaikan dan memikirkan bagaimana cara mengaplikasikannya.

Membaca adalah perintah, berpikir adalah perintah. Melakukannya adalah ibadah dan bukti bersyukur walau tanpa wujud yang bisa dilihat dipertontonkan. Tetapi bisa dirasakan, seperti rasa yang terasa tanpa tahu wujud rasa itu sendiri. Marah, benci, bahagia dan sedih. Yang terlihat hanya ekspresi bukan rasa itu sendiri,  sesuatu yang ghaib yang ada pada setiap diri.

Sebagai penutup.. Last but not the least..

Mari bersama kita tafakuri kitab suci kita yang mengantarkan kita pada sebuah keselamatan hidup, saat ini dan kemudian, di dunia dan akhirat kelak.

Al afwu minkum..

@Algadri, 31/5/2024.

Pajajaran ngahiang rek mulang#.

Baca Juga

0 Comments
  1. Kalau penulis kurang jujur dalam menyajikan karya tulus, pasti dan pasti akan menyesatkan. Maka catatlah sejarah sebagaimana adanya. Syukur2 bisa…

  2. Sangat menginspirasi dan menopang semangat

  3. Sangat inspirasi, membantu menumbuhkan motivasi dan penopang semangat

Pin It on Pinterest

Share This