Kopi Tutu Mak Nini

Nov 17, 2021 | Jalan Jalan

Views: 0

Walaupun hingga kini aku tidak terbiasa minum kopi seperti kakek-nenekku dulu, tapi setidaknya aku masih menyimpan sebuah kisah tentang kopi yang berkaitan erat dengan salah seorang di antara mereka. Kisah tentang kopi tutu atau kopi tumbuk buatan nenekku yang khas dan unik.

Enaknya berpagi-pagi di saat udara dingin seperti ini adalah siduru atau menghangatkan diri di dekat bara api kayu bakar dalam hawuatau tungku, sambil minum kopi panas ditemani singkong rebus yang ditaburi irisan gula kawung atau gula aren. Kopinya pun kopi tumbuk khas buatan Mak Nini, nenekku, dan diseduh air yang baru saja mendidih dalam cerek di atas tungku itu. Begitu kebiasaan yang dilakukan kakek dan nenekku dulu sebelum melakukan aktifitas kesehariannya.

Setelah minum kopi dan menyelesaikan tugasnya sepanjang pagi di rumah, siang hari Mak Nini baru berangkat ke kebun. Tak banyak yang dilakukannya di kebun paling sekedar memetik sayuran atau daun singkong dan melihat buah kopi sekaligus memetiknya bila ada yang telah berwarna merah dan siap dipanen. Walaupun tidak banyak kopi yang dipetik karena hanya beberapa pohon saja tapi cukuplah untuk kebutuhan sehari-hari dan sisanya dijual pada tetangga sekitar rumah.

Setelah sampai di rumah kemudian kopi itu dijemur di atas tampah bambu di bawah sinar matahari hingga benar-benar kering. Lama waktu hingga kopi benar-benar kering, tergantung cuaca saat itu. Setelah kering kopi itu pun dipisahkan dari kulitnya sampai benar-benar bersih. Langkah berikutnya kopi itu disangrai atau digoreng tanpa minyak di atas bara api tungku dengan menggunakan kuali tembikar. Saat menyangrai kopi biasanya nenek menyertakan kopi tersebut dengan potongan kecil-kecil kelapa. Harum aroma khas kopi pun tercium bercampur aroma kelapa sangrai yang khas pula.

Setelah kopi itu matang lalu dipisahkan dari kelapa yang menyertainya saat disangrai tadi. Kelapa sangrai yang berwarna coklat inilah yang semasa kecil dulu lebih aku sukai daripada kopinya. Kemudian kucomot satu-satu dan kumakan.

Setelah kopi matang disangrai, Mak Nini pun menumbuk kopi itu di dalam lumpang lesung kayu menggunakan alu kayu pula. Setelah beberapa lama Mak Nini menumbuk, kini jadilah kopi tumbuk yang khas buatan Mak Nini.

Selain khas kopi Mak Nini ini juga tergolong unik sebab dibungkus dengan daun pisang kering atau yang disebut kalaras. Tiap bungkus berisi 1 sendok makan kopi atau sekali seduh. Itulah kopi yang dijual pada tetangga di sekitar rumah.

Mereka bilang kopi Mak Nini itu memang enak rasanya, lebih alami dan dadakan pula. Berbeda dengan kopi giling yang beredar waktu itu. Kopi tersebut juga dihancurkan dengan cara ditumbuk hingga tidak terlalu halus dan masih menyisakan ampas, itulah yang mereka suka. Selain itu aroma khas kopi yang mengundang selera bercampur harum kelapa sangrai yang sedap. Sebuah kombinasi yang unik dan menghasilkan citra rasa yang unik pula.

Kiranya resep ini bisa dicoba juga di masa kini, atau mungkin ada pula yang memiliki resep serupa? Sayang sekali hingga kini aku belum terbiasa minum kopi. Tapi aku termasuk penggemar aroma kopi juga lho apalagi aroma kopi hangat yang baru saja ditumbuk atau digiling. Bagiku aroma kopi itu selain enak dicium harumnya juga merupakan aroma terapi yang menyemangati.

NR/15 November 2021

Baca Juga

0 Comments
  1. Kalau penulis kurang jujur dalam menyajikan karya tulus, pasti dan pasti akan menyesatkan. Maka catatlah sejarah sebagaimana adanya. Syukur2 bisa…

  2. Sangat menginspirasi dan menopang semangat

  3. Sangat inspirasi, membantu menumbuhkan motivasi dan penopang semangat

Pin It on Pinterest

Share This