Bullying di Sekolah

May 4, 2024 | Opini

Views: 9

Apakah saat ini sekolah menjadi tempat yang aman bagi anak-anak kita belajar? Pertanyaan ini muncul dalam berbagai dialog para pakar di tengah maraknya kasus bullying di sekolah.

Hingga Nadiem Makarim mengeluarkan regulasi baru. Permendikbud No. 46 tahun 2023 tentang Pencegahan dan Penanganan Kekerasan di Lingkungan Satuan Pendidikan (PPKSP). Regulasi ini mengganti regulasi sebelumnya untuk mencegah bullying di sekolah.

Data penelitian tentang bullying akhir-akhir ini memang mengkhawatirkan. Data itu membunyikan lonceng kewaspadaan karena ditengarai bahwa 36,31% siswa berpotensi mengalami bullying. Bahkan 34,51% berpotensi mengalami kekerasan seksual (Asesmen Nasional Kemendikbudristek 2022). Data KPPPA juga menyebut bahwa 20% anak laki-laki dan 25,4% anak perempuan, mengaku pernah mengalami satu jenis kekerasan atau lebih dalam 12 tahun terakhir. Sebuah horor dalam dunia pendidikan kita.

Bullying adalah budaya kekerasan yang sudah muncul sejak jaman Nabi Adam, tatkala Qabil membunuh Habil. Sebuah pembunuhan pertama di dunia. Dalam Al Qur’an terdapat berbagai kisah bullying. Salah satunya yang masyhur adalah bullying yang dialami oleh Nabi Yusuf dan adiknya Benyamin. Justru oleh saudara-saudaranya sendiri.

Bullying tak hanya soal fisik. Bullying verbal juga dapat menyebabkan kelumpuhan kualitas hidup korbannya. Trauma yang disebabkannya sering kali fatal dan menular. Dalam Islam, bullying sepadan dengan istilah olok-olok (yaskhar), aniaya, penindasan dan kezaliman. Istilah itu punya arti yang sama dengan pendapat Olweus, seorang ilmuwan, yang mendefinisikan bullying sebagai perilaku agresif dengan maksud jahat, membuat korban merasa susah dan terjadi berulang kali. Islam menyepadankan bullying dengan kata zalim. Akar katanya punya makna sebuah upaya menempatkan sesuatu yang bukan pada tempatnya, dan bermakna dasar kegelapan. Lawan kata cahaya. Pelakunya, ditengarai memiliki ruang hati nurani yang gelap. Agaknya sepadan pula dengan arti kata bullying, yang diambil dari kata bull (banteng) yang berkonotasi banteng yang mengamuk tanpa sebab.

Agaknya bullying akan menjadi agenda bagi kita bersama. Sekolah tak dapat mengupayakan pencegahannya sendirian. Mereka punya keterbatasan. Justru bullying harus dicegah mulai dari rumah kita. Sikap kita. Perilaku kita. Agenda ini punya dua target, yaitu pelaku dan korban. Keduanya punya pola pencegahan dan penanganan yang berbeda.

Dalam Qur’an aku ingat surat Al Hujurat, Ayat 11. Sebuah nasihat yang indah sebagai pencegahan. Kita dilarang merendahkan, menertawakan, menghina. Bahkan dilarang mencela diri sendiri dan memanggil seseorang dengan panggilan yang buruk. Yang melakukannya, dimasukkan dalam kategori orang yang zalim.

Sebuah pertanyaan mendasar pada diriku dan kita semua, khususnya orang tua. Sudahkah kita punya sikap anti bullying? Sudahkah kita sesuai dengan perilaku yang baik? Atau justru kita belum sadar bahwa ada budaya bully dalam diri kita. Hidup hanya sebentar. Nikmatilah hidup yang indah ini dengan mengapresiasi diri sendiri dan orang lain. Janganlah terbiasa menzalimi diri sendiri dan orang lain. Apalagi anak-anak. Salah-salah mereka akan menjadi sosok yang mewarisi kezaliman selanjutnya, atau merana seumur hidup akibat bully.

Purwokerto, 2 Mei 2024

Bon Yosi

Selamat Hari Pendidikan sahabatku. Stop bullying right now. Start from us.

Baca Juga

0 Comments
  1. Kalau penulis kurang jujur dalam menyajikan karya tulus, pasti dan pasti akan menyesatkan. Maka catatlah sejarah sebagaimana adanya. Syukur2 bisa…

  2. Sangat menginspirasi dan menopang semangat

  3. Sangat inspirasi, membantu menumbuhkan motivasi dan penopang semangat

Pin It on Pinterest

Share This