Terhempas di Titik Nol

Aug 12, 2021 | Essai

Views: 0

Gelombang paranoid menggulung lini kehidupan manusia. Sang makhluk tak kasat mata luluh lantakkan mimpi dan rencana. Tak berdaya kala ia datang tak kuasa kala ia merajalela menjadi pandemi. Ia tak bersuara, tak berkabar, tak kenal nama ataupun jabatan. Angkuhmu runtuhkan negeriku. Kau buat alur kehidupan luluh lantak sesuai skenariomu. Adakah kau berniat menetap selamanya dari negeriku?. Akankah kau menunggu hingga tak bersisa nyawa dalam raga?.

Hai, makhluk tak kasat mata!
Kau pikir kau semakin kuat hingga kau harus tunjukkan sekutumu yang baru. Negeriku takkan berdiam diri menyaksikan putra putri terbaiknya tumbang karenamu. Cinta kami pada negeri ini telah teruji. Ratusan tahun menjadi pelajaran yang panjang. Tak akan kami biarkan Ibu Pertiwi menangis lagi.

Kau patahkan satu persatu mimpi anak-anak negeri. Kau pisahkan kami para guru dengan murid-murid. Kau renggut jiwa-jiwa tak bernoda para pejuang garda terdepan. Kau pikir kau sudah menang, hai virus menyebalkan!. Tertawalah sepuasmu hingga tangisan berubah jadi kemurkaan.

Tak tahukah kau, dari semua yang kau lumpuhkan, ada jiwa polos yang tak mengerti hadirmu telah melukai?
Ya, ribuan mata menahan rindu bersua dengan kami, guru-guru di pelosok negeri. Kau tak akan pernah mengerti derita kami. Dua tahun kami tertatih, tergagap, gugup menghadapi perubahan keadaan karenamu. Pembelajaran jarak jauh yang sungguh menjauhkan nalar dan nurani.

Pernahkah sedetik kau rasakan kekosongan hati kami? Kala menatap ruang kelas, kosong tak berpenghuni?. Riuhnya pagi hari saat mentari sumringah menyambut. Celotehan para pemimpin di sudut kelas menari-nari di pelupuk mata. Gema rindu bergelayut di setiap dinding ruang kelas. Ribuan mimpi tergantung di langit-langit. Kini, semua tampak berdebu. Kau tak akan pernah tahu rasanya menahan kerinduan, mati perlahan dalam kesendirian. Berjauhan. Berbatas jarak dan bermasker sepanjang waktu. Terisolasi dalam ruang sempit pengharapan. Entahlah, kapan semua akan berakhir.

Hai, virus menyebalkan! Jangan pernah berpikir kau akan lebih lama tinggal di persadaku!
Kami pernah berada di titik nol kehidupan, terhempas di pusaran masa lalu, menghitam. Hangus tak bersisa. Hilang dari peradaban dunia. Masa kelam yang menyesakkan, masa tanpa cahaya keilmuan.

Congkakmu takkan goyahkan semangat kami untuk memperbaiki diri menjaga anak-anak negeri, melindungi para laskar pemimpin. Para penjaga dan pelindung ibu pertiwi.
Selamat menyambut kemerdekaan di masa pandemi. Rasakan merdeka di setiap mimpi dan harapan yang ingin kita wujudkan. Salam merdeka. Salam Ibu Pertiwi.
(Harapan bagi seluruh guru di pelosok negeri).

Bogor, 07 Agustus 2021
Netty Patryana

Baca Juga

0 Comments
  1. Kalau penulis kurang jujur dalam menyajikan karya tulus, pasti dan pasti akan menyesatkan. Maka catatlah sejarah sebagaimana adanya. Syukur2 bisa…

  2. Sangat menginspirasi dan menopang semangat

  3. Sangat inspirasi, membantu menumbuhkan motivasi dan penopang semangat

Pin It on Pinterest

Share This