Surat Al-Kahfi, Kisah Dzulqarnain beserta Benteng Yakjuj dan Makjuj

Nov 19, 2021 | Essai

Visits: 0

Al-Kahfi adalah sebuah surat dalam Al-Quran yang memiliki keutamaan sendiri bagi yang membacanya. Dalam sebuah hadis disebutkan,

“Barang siapa yang membaca surat Al Kahfi pada hari Jumat, dia akan disinari cahaya di antara dua Jumat.” (HR. An Nasa’i dan Baihaqi. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadis ini sahih sebagaimana dalam Shohihul Jami’ no. 6470)

Membaca surat Al-Kahfi mengantarkan kita pada kisah masa lalu yang luar biasa, penuh, makna, dan hikmah. Dan itu nyata adanya. Bukan cerita karangan manusia, tetapi Kalam Ilahi yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW.

Ada empat kisah agung dalam surat Al-Kahfi, yakni tentang Ashabul Kahfi, pemilik dua kebun beserta sahabatnya yang miskin, pertemuan Nabi Musa As. dengan Nabi Khidir As., dan terakhir tentang kisah Dzulqarnain yang membangun benteng untuk menghalangi Yakjuj dan Makjuj.

Siapakah Dzulqarnain itu? Apakah dia seorang Nabi? Berbagai versi yang menyebutkan siapa sebenarnya Dzulqarnain yang perkasa itu. Ada yang mengatakan bahwa Dzulqarnain bukan seorang nabi, melainkan hanya hamba yang saleh dan dicintai Allah SWT. Kisahnya bersangkut paut dengan bangsa Yakjuj dan Makjuj. Bangsa yang dipercaya akan turun dan melakukan kerusakan di bumi menjelang hari kiamat, kemudian Nabi Isa menumpasnya di Bukit Thursina.

Alquran telah menguraikan cukup detail perihal sifat-sifat utama Dzulqarnain yakni pribadi bertauhid dan bertakwa, serta menjunjung tinggi nilai-nilai belas kasih dan keadilan. Hal ini tergambar ketika Dzulqarnain memiliki tiga misi perjalanan, yakni ke bumi belahan barat, timur, hingga akhirnya ke daerah-daerah yang terdapat barisan pegunungan. Ia senantiasa berhadapan dengan berbagai kaum pada setiap perjalanannya. Misi perjalanan Dzulqarnain tertuang dalam Surat Al-Kahfi ayat 83 hingga ayat 98.

“Dan mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Dzulqarnain. Katakanlah: ‘Akan kubacakan kepadamu kisahnya.’” ( Qs. Al- Kahfi : 83) “Sungguh, Kami telah menempatkannya di (muka) bumi, dan Kami telah memberikan kepadanya jalan (untuk mencapai) segala sesuatu,” (Qs. Al- Kahfi : 84) “maka dia pun mengikuti suatu jalan.” (Qs. Al-Kahfi : 85) “Hingga ketika dia telah sampai ke tempat terbenam matahari, dia melihat matahari terbenam di dalam laut yang berlumpur hitam, dan dia mendapati di situ suatu kaum (tidak beragama). Kami berkata: “Wahai Zulkarnain, kamu boleh menghukum atau boleh berbuat kebaikan (mengajak beriman) kepada mereka.” (Qs Al-Kahfi : 86)

“Dia Dzulqarnain berkata : ‘Adapun orang yang zalim, maka kelak kami akan menghukumnya, lalu dia akan dikembalikan kepada Tuhannya, lalu Tuhan mengazabnya dengan azab yang sangat keras.’” (Qs. Al-Kahfi : 87) “Adapun orang-orang yang beriman dan beramal saleh, maka baginya pahala yang baik sebagai balasan, dan akan kami sampaikan kepadanya (perintah) yang mudah.” (QS. Al- Kahfi : 88) “Kemudian Dzulqarnain mengikuti suatu jalan yang lain).” (QS. Al-Kahfi : 89) “Hingga tatkala dia sampai ke tempat terbit matahari (sebelah Timur), dia mendapati matahari itu menyinari suatu kaum yang Kami tidak menjadikan bagi mereka sesuatu yang melindunginya dari (cahaya) matahari itu,” (Qs. Al-Kahfi : 90) “Demikianlah, dan sesungguhnya Kami mengetahui segala sesuatu yang ada padanya (Dzulqarnain).” (Qs. Al-Kahfi : 91) “Kemudian dia menempuh jalan (yang lain lagi).” (Qs. Al-Kahfi : 92) “Hingga apabila dia telah sampai di antara dua gunung, dia mendapati suatu kaum yang hampir tidak mengerti pembicaraan.” (Qs. Al -Kahfi 93)

“Mereka berkata: ‘Wahai Dzulqarnain, sesungguhnya Yakjuj dan Makjuj itu orang-orang yang membuat kerusakan di muka bumi, maka dapatkah kami memberikan sesuatu pembayaran kepadamu, supaya kamu membuat penutup/penghalang antara kami dan mereka?’” (Qs. Al-Kahfi : 94) “Dia (Dzulqarnain) berkata: ‘Apa yang telah dianugerahkan kepadaku lebih baik (daripada imbalanmu), maka bantulah aku dengan kekuatan (manusia dan alat-alat), agar aku membuatkan dinding/penghalang antara kamu dan mereka,’” (Qs. Al-Kahfi : 95)

“Berilah aku potongan-potongan besi!” Hingga apabila besi itu telah sama rata dengan kedua (puncak) gunung itu, berkatalah Dzulqarnain berkata: “Tiuplah (api itu)!” Ketika besi itu sudah menjadi (merah seperti) api, dia pun berkata : “Berilah aku tembaga (yang mendidih) agar aku tuangkan ke atasnya besi panas itu.” (Qs. Al-Kahfi : 96) Maka mereka (Yakjuj dan Makjuj) tidak bisa mendakinya dan mereka tidak bisa (pula) melubanginya. (Qs. Al- Kahfi : 97) Dia (Dzulqarnain) berkata: “Ini (dinding) adalah rahmat dari Tuhanku, maka apabila sudah datang janji Tuhanku, Dia akan menjadikannya hancur luluh; dan janji Tuhanku itu adalah benar.” (Qs. Al-Kahfi :98)

Demikian, membaca surat Al-Kahfi terutama ayat 83 hingga ayat 98 itu tidak hanya keutamaan tetapi juga kisah Dzulqarnain.

Dalam Tafsir Al-Azhar, Prof. Dr. Hamka menyebutkan bahwa ‘Dzulqarnain’ sebagai gelar kebesaran dan kehormatan yang dilambangkan oleh penguasa itu dengan memakai mahkota yang bertanduk dua. Biasanya, dua tanduk tersebut dilambangkan dengan tanduk lembu liar yang terpisah ke kiri dan ke kanan, serta terbuat dari emas. Dan yang berhak memakainya hanyalah raja tersebut. Ketika seseorang memohon ampun atau menghadap kepadanya, orang tidaklah menyebut namanya, tetapi mereka menyebut mahkota yang merangkap gelar kebesarannya dengan mengatakan “Wahai Dzulqarnain (wahai yang empunya dua tanduk)”.

Sudahkah membaca Surat Al-Kahfi hari ini?

(Neneng Ratnika/Jumat, 29 Rabiul Awal 1443H)

Baca Juga

0 Comments
  1. Kalau penulis kurang jujur dalam menyajikan karya tulus, pasti dan pasti akan menyesatkan. Maka catatlah sejarah sebagaimana adanya. Syukur2 bisa…

  2. Sangat menginspirasi dan menopang semangat

  3. Sangat inspirasi, membantu menumbuhkan motivasi dan penopang semangat

Pin It on Pinterest

Share This