Saat Kita Susah Dulu, yang Menolong Adalah Bangsa Arab

Oct 7, 2021 | Essai

Views: 0

Pada 13 Maret 1947, telah mendarat pesawat di bandara Maguwo Yogyakarta. Kedatangan pesawat ini mengantar utusan Liga Arab sekaligus Konjen Mesir di India, Syaikh Abdul Mun’im.

Tak ada yang memberitahu sebelumnya bahwa akan datang tamu dari luar negeri. Ketika landing di bandara, Syaikh Abdul Mun’im bilang ke orang-orang bahwa ia ingin bertemu pemerintah Indonesia yang baru merdeka.
Setelah terkatung-katung beberapa jam, barulah ia disambut oleh utusan resmi negara. Saat itu belum ada aturan protokoler istana. Syaikh Abdul Mun’im diajak ke istana negara yang saat itu berada di Yogyakarta.

Pihak istana bingung, siapa yang akan menjadi penerjemah dalam obrolan ini. Teringatlah dengan HM. Rasjidi. Karena ia alumni Mesir dan memiliki kecakapan dalam bahasa Arab.

Dari Kotagedhe, Rasjidi mengayuh Sepeda. Sebelum berangkat menemui tamu, ia bingung, karena tak punya baju bagus untuk menyambut tamu dari negeri Arab tersebut. Didapatlah baju pinjaman yang agak pantas dari seorang temannya.

Sampai di Istana, Rasjidi menjadi penerjemah. Obrolan cair. Kedatangan tamu tersebut membawa kabar gembira berupa pengakuan dan dukungan penuh bangsa Arab untuk kemerdekaan Indonesia.

Syaikh Abdul Mun’im menginap di Yogyakarta selama 4 hari. Ia akan kembali ke Mesir pada 17 Maret 1947. Kala itu, ia mengajak agar ada utusan dari bangsa Indonesia yang ikut berangkat.

Delegasi pun akhirnya berangkat. Dipimpin oleh Haji Agus Salim dan sekretarisnya adalah HM. Rasjidi. Serta ada beberapa orang lain yang turut serta.

Kisah keberangkatan ini sangat haru. Rombongan tidak dibawakan uang oleh negara, karena memang tidak ada dana kas. Berangkat membawa bekal masing-masing yang tidak seberapa. Jangankan bawa uang banyak, pesawat saja numpang “nebeng” milik Liga Arab.

Saat di dalam pesawat, Pak Rasjidi diberi satu plastik berisi beberapa gelang dan cincin oleh seseorang. Katanya, “Untuk bekal nanti di luar negeri.”

Sampai di Mesir, rombongan menempati rumah sempit. Inilah cikal bakal kedutaan Indonesia di Mesir.

Tim ini kemudian melakukan penyebaran informasi ke negara-negara Arab bahwa Indonesia telah merdeka. Dibantu oleh para mahasiswa yang waktu itu belajar di Mesir. Diantara mereka adalah Harun Nasution saat masih muda.

Bangsa Arab kemudian mendengar kabar, bahwa di ujung timur ada negara yang mayoritas penduduknya muslim, telah merdeka.

Kepedulian bangsa Arab kepada bangsa Indonesia waktu itu lebih didasarkan pada kesamaan agama, yaitu Islam.

Beberapa tahun kemudian, dari Mesir, Pak Rasjidi pergi ke Saudi. Di Istana Raja Abdul Aziz di Riyadh, Rasjidi disambut meriah. Dukungan penuh diberikan oleh Raja Saudi kepada Indonesia. Lagi-lagi, alasanya adalah “Kami ini sama-sama Islam.”

Pelajaran:
Saat bangsa kita masih susah, dulu, yang pertama kali membantu adalah bangsa Arab.
Alasan bangsa Arab memiliki kepedulian terhadap bangsa kita adalah karena ukhuwah Islamiyah.

Maka kini, tidaklah pantas kita membenci Arab, perlu untuk membaca sejarah dulu awal kemerdekaan bangsa kita.

Diolah bebas dari buku 70 Tahun Prof. Dr. HM. Rasjidi.

Baca Juga

0 Comments
  1. Kalau penulis kurang jujur dalam menyajikan karya tulus, pasti dan pasti akan menyesatkan. Maka catatlah sejarah sebagaimana adanya. Syukur2 bisa…

  2. Sangat menginspirasi dan menopang semangat

  3. Sangat inspirasi, membantu menumbuhkan motivasi dan penopang semangat

Pin It on Pinterest

Share This