Prestasi yang Tertunda

Nov 25, 2021 | Cerpen

Views: 0

Aku melompat girang melihat SK Pemenang lomba bidang Kaligrafi Putri. Di situ jelas terlihat nama murid kesayanganku yang punya talenta alami di bidang Kaligrafi. Kubimbing dengan kemampuanku yang ala kadarnya dengan ketulusan dan semangat cinta Al-Qur’an, ini kali kedua dia maju ke tingkat Kabupaten pada ajang Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ).

Tapi lompatan girangku terhenti, waktu lomba tingkat kabupaten tersisa setengah bulan lagi, reflek ku ambil dompetku yang sudah usang pemberian kakak sulungku 3 tahun lalu. Cuma ada 3 lembar uang warna mawar merah, 1 lembar uang warna kebiruan, dan 2 lembar uang lima ribuan, Alhamdulillah ada Rp360 ribu batinku.

Terbayang wajah kusut putra tunggalku malam tadi yang menyampaikan ada Lembar Kerja Siswa (LKS) yang sudah ditagih bayarannya di SMA tempatnya menuntut ilmu saat ini. Dilema berat dihadapanku…Murid kesayanganku harus tetap maju ke ajang MTQ Kabupaten. Putra tunggal belahan jiwaku ku tunda beli LKS, keputusan cepat atas dilemaku sudah ku ambil.

Berbekal Rp360 ribu kumasuki “Toko 99”, toko yang menjual Alat Tulis Kantor (ATK) terlengkap dan termurah dibanding toko-toko ATK lainnya. Kubeli kualitas terbaik perlengkapan kaligrafi yang ada di toko dengan seleksi ketat karena dalam hatiku sambil terus mentotal pembelian semua perlengkapannya agar tidak lebih dari Rp 360 ribu. Setelah ku anggap lengkap dengan dibantu pelayan toko aku berjalan ke kasir, “Total harganya Rp 355 ribu, Ibu..” ucap kasir dengan ramah seraya menyerahkan kresek perlengkapan kaligrafi yang sudah kupilih. Alhamdulillah uangku masih bersisa lima ribu rupiah, untung Vega motorku yang sudah 8 tahun setia menemani keseharianku ke sekolah untuk “mencerdaskan anak bangsa” masih penuh bahan bakarnya.

Tiba-tiba HP Nokia jadulku berdering keras karena volumenya memang kuatur maksimal. Rahmad ku yang telpon, jantungku langsung berdetak kencang dan lebih cepat. Kalo sampai Rahmad ku menelpon pasti ada kejadian luar biasa, “Assalamu’alaikum….ada apa nak?” tanpa kutunggu jawabannya atas salamku, pertanyaanku tak bisa kubendung.

“Nurhayati hamil Ma….” Spontan dan lugas suara Rahmad, kresek di tanganku terlepas, kakiku lemes, tubuhku sempoyongan…kutarik kursi di dekatku untuk menyanggga tubuhku yang kehilangan tenaga, Nurhayati nama murid kesayanganku yang selama ini jadi andalan bidang Kaligrafi mulai SMP di tempatku bertugas hingga dia kelas X SMA sekarang,

Diamku lama…

“Mama masih dengar Rahmad ngga?? Rahmad ngga bohong Ma, beritanya sudah heboh di WAG kami, Minggu depan nikahnya…” sambung Rahmad lagi.

Pandanganku gelap…

Nurhayati yang kukenal selama ini adalah Putri Sholehah, rutin ikut lomba Kaligrafi di MTQ, rutin ikut kegiatan sholawatan di grup Maulid Habsyi, dan aktif ikut organisasi agama di sekolah.

Apa yang salah denganmu, anakku….

Tanah Bumbu, Rabu 13 Oktober 2021
Hari kedua belajar menulis rutin 1 tulisan 1 hari

Baca Juga

0 Comments
  1. Kalau penulis kurang jujur dalam menyajikan karya tulus, pasti dan pasti akan menyesatkan. Maka catatlah sejarah sebagaimana adanya. Syukur2 bisa…

  2. Sangat menginspirasi dan menopang semangat

  3. Sangat inspirasi, membantu menumbuhkan motivasi dan penopang semangat

Pin It on Pinterest

Share This