Nurani Seorang Guru Bicara

Nov 5, 2021 | Essai

Views: 0

Gundah rasa di hati sebagai seorang guru tertuang dalam rangkaian kata dan kalimat. Pahlawan tanpa jasa yang semestinya dihormati dan dihargai, kini banyak yang berubah.

Guru bukanlah sebuah profesi, melainkan panggilan hati. Bukankah sudah ambil sumpah dan janji? Lalu kenapa sekarang lupa, seolah semuanya harus diukur dengan MONEY?!, Uang, uang, dan uang.

Kutahu kau juga Lelah, keringatmu tak dapat dinilai, waktu dan perhatianmu untuk anak-anak negeri pun tak akan pernah bisa terukur dengan mata uang. Lalu apakah benar guru hanyalah sebuah profesi? Yang hanya datang dan pergi sekedar absensi? Tanpamu anak negeri tak terarah, tanpamu anak negeri tak kan mampu menghadapi “industrial society”.

Jika menjadi guru bukan cita dan mimpi diri, maka bukankah guru adalah jiwa dan nurani? Tolong ingat-ingat kembali sumpah dan janji, jangan pernah terlupakan dan dilupakan. Guru harus lulus kualifikasi dan sertifikasi, maka berikan waktu dan fasilitas untuk “upgrade” diri. Berangkat sebelum mentari tersenyum dan pulang saat fajar tak ada sudah biasa, semuanya untuk anak negeri, Namun, saat ini dunia seolah terbalik. Guru kurang dihormati, yang kadang dicaci maki. Bukankah mendidik anak membutuhkan kolaborasi?

Pantaskah guru hanya dijadikan seolah buruh pendidikan yang dibayar lalu bisa diperlakukan semena-mena bahkan oleh siswa dan orang tua?

Baca Juga

0 Comments
  1. Kalau penulis kurang jujur dalam menyajikan karya tulus, pasti dan pasti akan menyesatkan. Maka catatlah sejarah sebagaimana adanya. Syukur2 bisa…

  2. Sangat menginspirasi dan menopang semangat

  3. Sangat inspirasi, membantu menumbuhkan motivasi dan penopang semangat

Pin It on Pinterest

Share This