Mudik

Apr 11, 2024 | Essai

Views: 1

Mudik adalah kegiatan para perantau migran untuk pulang ke kampung halamannya. Mudik di Indonesia identik dengan tradisi tahunan yang terjadi menjelang hari raya besar keagamaan misalnya menjelang Idul Fitri, Idul Adha, Natal & Tahun Baru dan Hari Besar Nasional. Pada saat itulah ada kesempatan untuk berkumpul dengan sanak saudara yang tersebar di perantauan, selain tentunya juga sowan dan sungkeman dengan orang tua. 

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), mudik artinya “ke udik” atau “pulang ke kampung halaman”.

mudik mempunyai arti pulang ke kampung halaman. Pulang itu sendiri bermakna kembali ke rumah atau ke tempat asalnya, tempat asal dilahirkan.

Istilah mudik di Indonesia mulai muncul pada tahun 1970-an menurut yang dilansir di situs Kementerian Perhubungan. Sementara, bagi masyarakat Jawa sendiri, mudik berasal dari kata Jawa Ngoko, “mulih dilik” yang artinya pulang sebentar setelah merantau.

Fenomena mudik ini ternyata tidak hanya dapat ditemukan di Indonesia. Di negara-negara Asia Tenggara, momen hari raya keagamaan ternyata juga dimanfaatkan oleh warganya untuk “pulang kampung” dan menghabiskan momen bersama keluarga. 

Tradisi yang telah menjadi bagian dari budaya Indonesia selama bertahun-tahun. Secara ekonomi, mudik memacu pertumbuhan sektor riil, mempercepat redistribusi ekonomi dari kota besar ke daerah, hingga membawa pertumbuhan investasi di pedesaan.

Lalu di manakah kampung halaman kita yang sesungguhnya ? 

Ketauhilah saudaraku, kita di dunia ini adalah musafir dan sedang melakukan perjalanan. Hal ini harus benar-benar kita sadari dan jangan sampai lalai mengingat hal ini.

Kampung Akhirat lah pemberhentian terakhir dan merupakan kehidupan yang sesuangguhnya. Allah berfirman,

ﻳَﺎ ﻗَﻮْﻡِ ﺇِﻧَّﻤَﺎ ﻫَٰﺬِﻩِ ﺍﻟْﺤَﻴَﺎﺓُ ﺍﻟﺪُّﻧْﻴَﺎ ﻣَﺘَﺎﻉٌ ﻭَﺇِﻥَّ ﺍﻟْﺂﺧِﺮَﺓَ ﻫِﻲَ ﺩَﺍﺭُ ﺍﻟْﻘَﺮَﺍﺭِ

“Wahai kaumku, sesungguhnya kehidupan dunia ini adalah kesenangan sementara. Dan sesungguhya akhirat itu adalah negeri tempat kembali” 

(QS. Ghafir: 39).

Bagi yang telah dilalaikan dan tertipu oleh kehidupan dunia, ia akan menjalani kehidupan dunia ini dengan bermain-main dan bersenda-gurau serta saling berbangga-bangga saja.

Allah berfirman,

اعْلَمُوا أَنَّمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَزِينَةٌ وَتَفَاخُرٌ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌ فِي الْأَمْوَالِ وَالْأَوْلَادِ كَمَثَلِ غَيْثٍ أَعْجَبَ الْكُفَّارَ نَبَاتُهُ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَاهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَكُونُ حُطَامًا وَفِي الْآخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيدٌ وَمَغْفِرَةٌ مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانٌ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ

“Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah- megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak. Seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu” (al-Hadid: 20).

Semoga kita semua bisa pulang kampung halaman sesungguhnya, kampung bapak kita Nabi Adam ‘alaihis salam dan termasuk orang beruntung dan sukses yaitu dimasukkan ke surga-Nya.

Wallahu alam bishowab

Depok, 1 Syawal 1445H

100424

@BudiBram

Baca Juga

0 Comments
  1. Kalau penulis kurang jujur dalam menyajikan karya tulus, pasti dan pasti akan menyesatkan. Maka catatlah sejarah sebagaimana adanya. Syukur2 bisa…

  2. Sangat menginspirasi dan menopang semangat

  3. Sangat inspirasi, membantu menumbuhkan motivasi dan penopang semangat

Pin It on Pinterest

Share This