Mengatasi Karut-Marut Bangsa Butuh Pemimpin Spiritual

Nov 26, 2021 | Essai

Views: 0

Menilik karut marutnya masalah yang mengepung bangsa dan negara Indonesia pada hari ini, sulit dipercaya dapat diatasi oleh politikus serta ekonom. Sebab, justru masalah politik dan masalah ekonomi bangsa yang menjadi habitat pertarungan bebas, sukar diredakan. Semua sudah menjadi pemain utama yang tidak lagi jelas skenarionya. Semua begitu berani dan tampil menjadi pemeran utama agar bisa lebih dominan menentukan dramatikanya, untuk menguasai semua bidang dan peran seluas mungkin. Dengan demikian ambruklah panggung budaya kita akibat pertarungan politik dan perkelahian ekonomi yang semakin meluas, hingga habitat budaya pun jadi benar-benar luluh lantak seperti baru dihajar oleh badai puting beliung yang maha dakhsyat.

Tatanan etika, moral dan akhlak yang seharusnya dapat dijaga dan dipelihara secara bersama, telah hancur lebur berantakan, tak lagi jelas wujudnya. Kropos dan lapuk, seperti tubuh renta yang tak berdaya apa-apa akibat ulah birahi politisi dan ekonom yang memperkosa sekedar untuk mengumbar syahwatnya.

Kondisi gawat darurat ini hanya mungkin diselamatkan oleh pemimpin spiritual yang sudah selesai keduniawiannya. Sabar dan tekun dengan segenap imunitas terhadap hal-hal yang bersifat materi, birahi, syahwat, materi, kekuasaan, dan rasa tamak, serta kerakusan seperti makhluk kanibal yang memangsa apapun dan siapa pun yang dia rasa enak dan perlu dilahap untuk memuaskan nafsu angkara kebuasannya.

Budaya barbarian seperti ini sungguh sedang terjadi di negeri kita, Indonesia. Meski perilaku dan sikap perlakuan yang dilakukan belum begitu vulgar, namun toh fenonena yang terjadi sudah lebih dari cukup untuk dijadikan bahan perenungan, bagi kita yang masih mampu berpikir jernih dan memiliki akal sehat.

Coba renungkan, bagaimana mungkin seorang ayah begitu tega menodai anak gadisnya sendiri? Lalu seperti apa logikanya bagi seorang anak yang tega mengusir atau menggugat Ibu kandungnya ke pengadilan? Bahkan seorang wanita muda bisa memaki-maki seorang nenek tua yang entah dari mana asal-usulnya itu. Sehingga jika aparat penegak hukum, yang kini cukup dominan, melanggar hukum seolah telah menjadi hal yang wajar. Coba saja bayangkan, jika Anda harus membezuk kawan atau saudara di LAPAS (Lembaga Pemasyarakatan) di manapun jika Anda tak punya apa-apa untuk membezuk saat itu pastilah akan mengalami kesulitan amat- sangat rumit yang harus menempuh prosedur berliku. Lantas bagaimana mungkin kemudian bisa berkilo-kilo obat terlarang bisa dibawa masuk ke LAPAS untuk kemudian bisa didistribusikan dengan leluasa dan bebas dari LAPAS?

Kasus terbaru yang cukup fenomenal adalah adanya oknum polisi yang bisa menjadi obyek pemerasan oknum LSM. Lalu bagaimana cerita sesungguhnya terjadi? Meskipun oknum LSM yang berani memeras oknum polisi itu menjadi terkesan sangat unik. Apakah benar sama sekali tidak memiliki dasar atau dalih yang bisa menjadi dasar untuk memperlakukan oknum aparat seperti itu?

Dalam jurus investigasi, reportase jurnalisme terdepan, ada tanda tanya besar ada apa sesungguhnya di balik cerita dan berita yang gajil ini? Karena itu investigasi reportase patut dilakukan untuk menyibak cerita di balik berita ganjil ini.

Apa dasarnya, mengapa bisa oknum LSM berani memeras oknum Polisi? Sebab dalam kaidah investigasi reportase yang benar, adanya sesuatu yang aneh dan patut ditelisik lebih jauh itu tugas utama para jurnalis. Apa dan bagaimana cerita sungguhnya, mengapa bisa terkesan jadi naif begitu narasinya?
Kejadian-kejadian ganjil dan aneh seperti itu sudah cukup bejibun di negeri ini. Hingga dalam telaah dimensi spiritual, perlunya mawas diri dan waspada, ujar Eko Sriyanto Galgendu, salah satu Pemimpin Spiritual yang juga memimpin dan menjadi motor penggerak kebangkitan kesadaran spiritual bangsa Indonesia. Sebab, menurutnya bumi yang memiliki bahasa ucapnya itu telah mengatakan bahwa perilaku dan sikap manusia harus kembali pada fitrah asli yang memiliki nilai-nilai ilahiyah.

Pandemi Covid-19 pun sesungguhnya mengisyaratkan sikap eling dan kewaspadaan itu perlu ditata ulang seperti ritme dari tata kehidupan yang lain, karena memang tak bisa diabaikan untuk hidup dan tata kehidupan yang lebih baik dan manusiawi.

Rinciannya pun tak jelas, persis seperti pandemi yang entah kapan bisa kita anggap selesai merongrong tata kehidupan yang semakin kompleks dan runyam. Sementara itu, ambisi dan ego manusia terus digelembungkan, tanpa pernah hirau pada kondisi dan situasi negeri ini yang akan diwarisi oleh generasi bangsa Indonesia berikutnya.

Dalam kondisi dan situasi serupa inilah, pemimpin spiritual yang memiliki basis etika, moral dan akhlak mulia adalah yang mampu untuk menata kembali keruntuhan bangunan dari peradaban dan kepribadian bangsa serta negara Indonesia yang tengah berada pada tubir kehancuran.

Minimal, sosok pemimpin spiritual yang diidealkan oleh bangsa dan negara Indonesia sekarang ini adalah setara dengan Lech Walensa dari Polandia. Atau, seperti sosok revolusioner As Sayyid Ayatullah Rohullah Khomeini yang mengantar bangsanya keluar dari jalan sesat.

Banten -Jakarta, Banten 25 November 2021

Baca Juga

0 Comments
  1. Kalau penulis kurang jujur dalam menyajikan karya tulus, pasti dan pasti akan menyesatkan. Maka catatlah sejarah sebagaimana adanya. Syukur2 bisa…

  2. Sangat menginspirasi dan menopang semangat

  3. Sangat inspirasi, membantu menumbuhkan motivasi dan penopang semangat

Pin It on Pinterest

Share This