Wanita Simpanan

Aug 10, 2023 | Non Fiksi

Semenjak saat itu, aku lebih intens berhubungan dengan Andri. Entah sebatas komunikasi lewat telepon, bertatap muka sampai bersenang-senang berdua dengannya. Kadang dia jemput aku di rumah kost ku untuk diajak ke apartemen, bahkan pernah juga beberapa kali kita lakuin hal itu di kamar kostku ini. 

Hari-hari kulalui dengan tenang dan santai, hubungankuu dengannya semakin hari semakin hangat dan membahagiakan. Meskipun setiap hari Jum’at datang, aku mulai merasa sepi dan sedikit kecewa. Kenapa? Karena di hari Jum’at dia kembali pulang ke kota “J”. Kota di mana dia memiliki keluarga kecilnya sendiri. Namun, aku tidak boleh terlalu larut dan bahkan terbawa emosi hingga menjadi egois. Aku harus sadar, di sini aku hanyalah rumah singgah untuknya dan tidak akan mungkin menjadi satu-satunya rumah yang nyata untuknya. Hanya saja setiap hari senin datang, dia menjadi satu-satunya alasanku untuk lebih bersemangat menghadapi rutinitas harianku. 

Meskipun begitu, aku tetap selalu berangan-angan untuk menjadi madunya suatu saat nanti. Menjadi istri kedua seorang laki-laki beristri adalah keinginanku yang paling tak pernah terpikirkan selama ini. Mungkin memang terkesan salah, namun itulah keinginanku. 

Setiap hari Senin yang aku lalui di tempat kerja, dia selalu datang menghampiri. Pesanan yang semula satu cangkir kopi hitam, kini kuubah menjadi teh hangat sedikit gula karena aku pun ingin menjaga pola makan dan minumnya demi kesehatan dia pastinya. Dia hanya datang jika aku bekerja di shift pagi. Namun jika aku bekerja di shift siang, dia tidak pernah lagi minum teh di kedaiku. Dia lebih memilih atur waktu, lalu mengajakku ke apartemen dan siang mengantarkan aku kembali pulang. 

Tak jarang juga, di saat aku libur bekerja dan ingin pulang ke kota Kediri, Andri selalu mengantarkan aku. Yaa… Kota Kediri, kota di mana aku berasal. Kota  “S” ini hanya tempat kerjaku. Terkadang, jika aku tidak pulang ke kota Kediri, Andri menjemput ku untuk ke apartemen atau mengajakku untuk bekerja menemui relasi-relasinya di kantor luar kota. 

Hampir satu tahun lebih, hari-hariku selalu kujalani seperti itu dengannya. Sampai suatu ketika, Andri mulai berubah. Dulu yang selalu hangat dan ceria saat bersamaku, kini menjadi diam dan dingin. Sosok Andri yang kukenal benar-benar berubah 180 derajat, kini membuatku lebih canggung dari sebelumnya. Sampai hari-hari berikutnya, dia tak pernah lagi datang padaku.

Komunikasi lewat telepon pun mulai jarang, balasan pesannya begitu singkat seakan ingin pergi menghindariku. Dari situ aku berusaha mengubah semua pola pikirku, aku harus siap dengan kepergiannya. Aku harus sadar, siapa aku dan siapa dia… 

Aku masih tetap berusaha menghubunginya, namun nihil. Semua balasan pesan singkatnya sangat dingin, aku harus mampu menjalani hidupku dengan keadaan sendiri tanpanya. Di mana aku harus kembali seperti dulu, di saat aku belum tau namanya atau bahkan saat aku masih tidak peduli dengannya. Namun, mampukah hati ini berusaha melupakan seseorang jika di sini masih terukir jelas nama dan wajah tampannya? Mampukah aku melupakan dia, di saat hati masih tetap menginginkannya? Harus bagaimana aku untuk bangkit dan move on menjalani semua tanpa dia?!

Sulit sekali, sakit, kecewa, sedih, hingga frustasi mungkin semua aku rasakan sendiri. Temanku pun tidak ada yang mampu menghiburku, obrolan receh bahkan candaan mereka pun tiada yang bisa mengukir senyumku. Aku hampir menyerah dengan keadaan seperti ini, tangisanku setiap malam saat sendiri selalu hadir membasahi pipiku. Semakin aku merasakan sakitnya hatiku, semakin deras pula air mataku. Ingin sekali aku menghapus nama Andri Prafikno, namun aku tidak mampu. Dia selalu hadir dalam pandangan mataku, bayangannya saat di kamar kostku tetap utuh menyelimuti. 

Beberapa bulan aku berusaha melupakan dia, entah dengan kegiatan apa saja asal aku tidak memikirkannya lagi. Akhirnya, aku mampu. Aku mengenal seorang laki-laki yang berasal dari Kota Klaten, Jawa Tengah. Aku berusaha membuka hatiku kembali untuk menerima laki-laki baru. Seorang laki-laki muda namun berstatus single parent. Aku tidak mempermasalahkan itu, namun takdir berkata lain. Hubunganku terputus di tengah jalan karena perbedaan pendapat yang tak mampu kami jalani. 

Nama Andri Prafikno kembali menyeruak dalam benak dan hatiku, sungguh sakit sekali keadaanku kala itu. Sampai di suatu titik aku tetap berusaha mengenal laki-laki lain lagi, namun akhirnya tetap sama. Hubungan kami terputus karena dia bermain wanita di belakangku.

Entahlah, kedua laki-laki yang dekat denganku saat itu memang benar-benar aku menginginkannya atau hanya sebatas pelarianku saja untuk melupakan Andri. Yang pasti, aku tetap mencintai mereka kala itu. 

Hampir satu tahun sudah, aku lost contact dengan Andri. Namun, ingatanku tetap terpaku padanya, bagiku tidak ada laki-laki lain yang mampu memperlakukanku seistimewa selain bersama Andri Prafikno. Aku tetap tidak berani mencari atau menghubunginya, meski terkadang aku berusaha memberanikan diri mengirim pesan singkat sekedar bertanya kabar padanya. Andri tetap membalas pesanku, tapi dengan bahasa yang berbeda. Seakan kita tidak pernah ada hubungan istimewa dan entah kenapa di saat hati ini mulai kukunci, aku tidak ingin dekat dengan siapa-siapa lagi, Andri Prafikno datang kembali padaku. Setelah satu tahun menghilang, dia mengirim pesan singkat yang membuatku terbang melayang… 

Part 5

Kediri, 12 Juli 2023

Siska Arisandy

Baca Juga

0 Comments
  1. Kalau penulis kurang jujur dalam menyajikan karya tulus, pasti dan pasti akan menyesatkan. Maka catatlah sejarah sebagaimana adanya. Syukur2 bisa…

  2. Sangat menginspirasi dan menopang semangat

  3. Sangat inspirasi, membantu menumbuhkan motivasi dan penopang semangat

Pin It on Pinterest

Share This