Wabah dan Syahidnya Raja Mataram

Sep 26, 2021 | Essai

Visits: 0

Saya hendak mengawali tulisan ini dengan “sanepan” alias kiasan : “Doyan keju ojo lali ingkung brutu” (Makan keju jangan lupa makanan empuk bagian bokong ayam ingkung).

Semacam kiasan artinya “boleh membaca literasi barat dengan simbol makanan para penjajah VOC berupa keju, tapi jangan lupa sejarah bangsa sendiri dan ilmu agama yang dibawa para pejuang bangsa sendiri dengan simbol brutu ingkung ayam, alias “nyekungkung” yang dimaknai sujud sholat. Sebagai simbol ilmu agama.

Setiap muslim selalu berkeinginan meninggal dalam keadaan husnul khatimah atau berakhir baik. Salah satunya dengan “mati syahid”, semacam wafat di jalan Allah.
Menurut sabda Rasulullah dalam hadits riwayat muslim, ada 5 kematian yang bisa disebut mati syahid.

“Dari Abu Hurairah, Rasulullah bertanya kepada sahabatnya: ‘Siapakah orang yang mati syahid di antara kalian?’ Mereka menjawab, “Orang yang gugur di medan perang itulah syahid ya Rasulullah,” Rasulullah SAW merespons, “Kalau begitu, sedikit sekali umatku yang mati syahid,” Para sahabat bertanya, “Mereka itu siapa ya Rasul?”

Rasulullah menjawab,:
“Orang yang tertimpa wabah (tha’un) pun syahid, orang yang mati karena sakit perut juga syahid, dan orang yang tenggelam adalah syahid.” (HR. Muslim).

Pada tahun 1640-an Wabah penyakit merajalela yang mewafatkan sebagian masyarakat Kotagede termasuk wafatnya Sultan Agung pembesar Mataram Islam Kotagede dan bala tentaranya, sesuai apa yang tercatat dalam Babad ing Sangkala bahwa pada tahun 1643–1645an di Mataram Kotagede terjadi “epidemi beratus-ratus mati setiap hari”.

Sosok pahlawan nasional, Sultan Agung Hanyokrokusumo merupakan sultan ke-3 yang memerintah Kesultanan Mataram. Di bawah kempemimpinannya, Mataram berkembang cukup pesat dan menjadi kerajaan besar di tanah air.

Salah satu perjuangan beliau yang membekas adalah perlawanan jihad fisabillillah melawan penjajah dzolim VOC di Batavia. Yang menjadi inspirasi perjuangan bagi pejuang-pejuang selanjutnya di tanah air.

Dalam buku Sejarah Raja-Raja Jawa, Sultan Agung Hanyokrokusumo memiliki nama kecil Raden Mas Jatmiko yang berarti sopan dan rendah hati.

Beliau juga diberi nama Pangeran Rangsan yang artinya bergairah. Nama samaran waktu masih dititipkan di pondok pesantren ajaran Sunan Kalijaga.

Sultan Agung merupakan anak pertama dari Prabu Hadi Hanyakrawati dan Ratu Mas Adi Dyah Banawati putri dari Prabu Wijaya. Kehebatan beliau adalah dalam bidang strategi perang, dan keilmuan Islam yang anti penjajahan dan kedzoliman.

Kelebihan dalam hal strategi itulah yang mengakibatkan mampusnya Jan Pieterszoon Coen, Pejabat Belanda yang mempunyai wewenang di VOC Batavia, yang catatan sejarahnya disembunyikan kaum penjajah.
Kala itu Sultan Agung mengirim, seorang wanita bernama Nyimas Utari Sanjaya sebagai intelijen Kerajaan Mataram. Ia dititahkan langsung oleh Sultan Agung untuk menghabisi nyawa Coen dalam penyerangan ke ll Mataram ke Batavia.

Dalam lansiran tulisan Historia.id, “Tugas itu berhasil dia jalani. Leher Coen berhasil dipenggalnya dengan golok Aceh.”
Selain itu diceritakan di Babad Jawa, pemenggalan kepala Coen merupakan misi rahasia yang sudah lama direncanakan dengan melibatkan grup intelijen Mataram.

“Militer Mataram memilik kesatuan “telik sandi” inteljen yang hebat sesuai catatan dalam manuskrip tua adalah kenyataan sejarah. Dengan mengerahkan orang-orang Tumenggung Kertiwongso dari Tegal sejak tahun 1927, komandan kelompok intel Mataram Raden Bagus Wonoboyo membangun basis di wilayah bantaran Kali Sunter di daerah Tapos, Untuk melengkapi kerja-kerja rahasia tersebut, Wonoboyo mengirimkan putrinya yang memiliki kemampuan telik sandi mumpuni, Nyimas Utari, untuk bergabung dengan agen telik sandi asal Samudera Pasai, Mahmuddin. “Dia memiliki nama sandi: Wong Agung Aceh, Dia kemudian menikahi Nyimas Utari, kedua agen intelijen itu memasuki benteng VOC di Batavia dengan kamuflase sebagai pebisnis. Mereka memiliki kapal dagang yang disewa VOC untuk mengangkut meriam dari Madagaskar. Mereka lantas dipercaya Coen sebagai mitra bisnis VOC. Begitu dekatnya, hingga mereka memiliki akses ke kastil dan bergaul dengan Eva Ment, isteri Coen, dan anak-anaknya.

Pada 1629, bala tentara Mataram menyerbu Batavia. Di tengah kekacauan dan kepanikan, Nyimas Utari membunuh Eva dan anak-anaknya dengan racun lewat minuman. Mahmuddin berhasil menyelinap ke ruangan Coen dan membunuhnya.

“Guna bukti kesuksesan misi mereka ke Sultan Agung, Nyimas Utari dengan menggunakan golok kepunyaan Mahmuddin memenggal kepala Coen,”

Sambil membawa kepala Coen, Mahmuddin dan Nyimas Utari diloloskan pasukan penyelundup Mataram dari dalam benteng VOC. Namun, saat pelarian tersebut mereka dihujani tembakan meriam yang menewaskan Nyimas Utari. Mahmuddin membopong jasad istrinya hingga wilayah Desa Keramat, tempat dia dimakamkan.

Kepala Coen diambil oleh Wonoboyo. Secara estafet, kepala itu dibawa lewat jalur Pantai Utara oleh tentara Mataram di bawah komandan Tumenggung Surotani. Sultan Agung memerintahkan untuk menanam kepala itu di baris ke-716 tangga menuju makam raja-raja Jawa di Imogiri sebagai simbol pengutukan terhadap Coen penguasa penjajah VOC dengan cara menginjak-injak tangga ke-716. agar masyarakat mengingat bahwa penjajah dzolim layak untuk diinjak-injak atas perilakunya yang semena mena.

Sultan Agung Wafat bersama sebagian masyarakat muslim kotagede kala itu karena serangan wabah pada tahun 1645. Beliau dimakamkan di Pemakaman Astana Kasultan Agungan Makam raja raja Imogiri. Bergelar Wangsa Mataram Nama takhta “Sampeyan Dalem Ingkang Sinuhun Kangjeng Sultan Agung Adi Prabu Anyakrakusuma Senapati ing Ngalaga Abdurrahman Sayyidin Panatagama Khalifatullah Tanah Jawi, dengan Nama anumerta Sultan Abdullah Muhammad Maulana Matarani al-Jawi.

Semoga kematian beliau dan sebagian masyarakat muslim kotagede yang terkena wabah kala itu disyahidkan oleh Allah Taala.

Sumber:
Babat Mataram Islam
ndalem Girli,25 sep/21
SEWONGKO, sejarah Wong Kotagede

Baca Juga

0 Comments
  1. Kalau penulis kurang jujur dalam menyajikan karya tulus, pasti dan pasti akan menyesatkan. Maka catatlah sejarah sebagaimana adanya. Syukur2 bisa…

  2. Sangat menginspirasi dan menopang semangat

  3. Sangat inspirasi, membantu menumbuhkan motivasi dan penopang semangat

Pin It on Pinterest

Share This