Route pagiku seperti biasa, start dari rumah-sekolah anak-sekolahku. Entahlah, semangatku memang berada diantara jalan yang kulalui. Lain dengan di rumah saja, rasanya seperti mayat hidup. Tetap beraktifitas namun tidak dengan semangat dan rasa.
Semangatku selalu menjulang, memang. Namun beberapa waktu terakhir ini ragaku sedikit minta waktu istirahat. Mungkin raga ini memilih lelah sebab empunya terlalu merepotkan diri dengan apa saja yang membuat hati hidup dan bahagia.
Tak enak rasanya lelah mendera. Hidung tersumbat, kepala seperti memprotes bahwa muatannya perlu untuk diseleksi. Oh, bagaimana aku harus menyeleksinya? Semua yang ada di kepalaku ingin kupikirkan dan ingin kulakukan.
Allah… Bagaimana ini??
Setelah beberapa waktu menikmati lelah di sekujur badan dan penat di kepala, aku menemukan apa yang sebenarnya kubutuhkan dalam hal ini.
Vitamin C.
Transformasi pertama dari Vitamin jenis ini adalah “Contemplation”.
Merenung atau lebih tepatnya bertapa adalah hal yang akan mengembalikan sekian persen keseimbangan jiwa ragaku.
Merenungkan segala hal, termasuk ambisiku untuk melakukan semuanya, tentunya semua yang Kusuka. Yang jelas semua yang Kusuka itu adalah hal-hal positif dong. Tapi se-positif apapun semua itu akan jadi negatif jika berlebihan porsi. Betul, nggak?
Dalam hal ini, aku harus mengurangi target dan fokus pada beberapa yang penting saja. Sepertinya itu adil untuk porsi jiwa ragaku.
Transformasi kedua adalah “Cinta”.
Ah, jika menguak cinta pasti tak akan ada habisnya. Sebab muatannya memenuhi segala aspek kehidupan dari yang tampak dan tidak. Melenggang ke sini sepertinya otakku terasa lebih ringan, ditambah pengurangan muatan ambisi dalam benakku.
Hmmm, menaiki motor hadiah suami memang sangat menyenangkan. Terlebih dengan segala ketulusan dan keikhlasannya tercurah maksimal padaku. Atas penuhnya cinta yang ia curahkan hingga apa saja yang ia berikan merupakan sarana tasbih dan dzikir paling akurat dalam hidupku. Mengapa akurat? Sebab apapun yang kulakukan terhadap apa saja yang beliau berikan akan dengan senang hati dirasakannya. Selama aku bahagia, kenapa tidak?
Cinta menjelma apa saja, bisa sejuknya udara, rasa nyaman dalam hati tanpa batas. Cinta bisa berupa ringannya tubuh saat beraktivitas penuh semangat bergelora. Cinta juga bisa berupa rasa aman di setiap waktu.
Jika “patkai” bilang: Beginilah cinta, deritanya tiada akhir.
Maka dengan bangga aku bilang: Beginilah cinta, kebahagiaan haqiqi tiada akhir.
0 Comments