Untuk yang Mendaras Luka

by | Feb 5, 2023 | Cerpen

Oleh : Yudhie Haryono

Sepulang takziah, keperihan tetap menjadi keperihan. Engkau pergi saat ingin aku sapa sekejap. Tetapi engkau sirna lebih dulu sebelum curhatku terlontar jauh melebihi cerpen Jokowi. Kisah kita seperti ditelan bianglala.

Ada triliunan takdir terpapar purnama. Dan, getar batang pinus gelombang samudra mendidih perih. Sebab, pada siapa kuharus berkeluh. Teguhkan hatiku, nalarku dan bibirku sebut namanya.

Luka ini terus terhitung maju. Tak terhenti oleh waktu. Terdengar derap langkah serentak, baris dan bergerombol. Tak terhenti sambil menyimak lirih bisikan kalbuku. Oh hutan. Di mana ia yang mau jadi pasukan.

Di sisa usianya ada yang selalu tertinggal, yaitu senyumku. Senyum pemintal luka. Dan, di hatinya, ada yang hilang, yaitu jiwaku. Jiwa perkasa penenun duka. Aku memang begitu kelam dan sedih sangat dalam. Mencintaimu tanpa kenangan plus minus goresan.

Kapankah kita terbaring bersama? Menghadap tuhan sambil bercinta. Sering, bagiku dunia itu ‘terasa’ tidak adil. Yang pragmatis sepertinya gampang sekali jalannya, sedangkan yang ‘idealis’ tidak begitu beruntung. Malah buntung.

Pagi ini dalam rintik hujan, ku takziah. Orang tua yang menjadi saksi pernikahanku. Beliau meninggal semalam. Aku kehilangan. Perih pedih. Lahul fatihah.

Subuh. Hujan tambah syahdu. Aku menikmatinya di gazebo. Meringkuk sambil tengadahkan tangan. Tuhan, terima kasih. Hujanmu menghunjam. Menyetubuhi bumi berjam-jam. Terdengar suara-suara langit. Ayam kokok yang menjerit. Burung-burung mulai bersuit. Kelelawar terbang terbirit-birit.

Tanpa cintamu, hujan awal Februari begitu syahdu. Jika saja ini pagi terakhirku. Kutemani almarhum Gus Salahuddin Wahid menuju-Mu. Kyaiku yang lebih dulu memeluk-Mu saat malam telah hampir berlalu.

Kenapa kematian masih enggan mampir ke jiwaku? Itu pertanyaan dua puluh tahun terakhir yang muncul tiap waktu.

Soal ini, aku ingat kuliah-kuliahku padamu. Tujuan politik Pancasila adalah mengarahkan kehidupan politik yang lebih martabatif, baik bersama seluruh warga di dalam negeri maupun bersama negara-negara lainnya. Selanjutnya, politik Pancasila hadir dalam rangka membangun institusi-institusi politik yang merdeka, adil, modern, mandiri dan martabatif.

Dengan begitu, politik Pancasila akan selalu membantu untuk menganalisis dan memecahkan problema korelasi resiprokal antara tindakan individual, tindakan kolektif, dan struktur-struktur politik yang ada demi kebahagiaan bersama.

Penekanan adanya korelasi resiprokal ini menghindarkan pemahaman politik Pancasila yang sering diredusir menjadi hanya sekadar hasrat, perilaku dan motif individu dalam bernegara seperti 10 tahun terakhir sehingga melahirkan warga (semuanya) koruptif, ilusif dan amoral.(*)

Baca Juga

0 Comments

  1. Kalau penulis kurang jujur dalam menyajikan karya tulus, pasti dan pasti akan menyesatkan. Maka catatlah sejarah sebagaimana adanya. Syukur2 bisa…

  2. Sangat menginspirasi dan menopang semangat

  3. Sangat inspirasi, membantu menumbuhkan motivasi dan penopang semangat

Pin It on Pinterest

Share This