Memperingati Hari Antikorupsi Sedunia 9 Desember, di tengah bencana di negeri ini yang seakan tiada henti. Lumajang dan Malang masih dihujani erupsi Semeru, banjir dan tanah longsor melanda di mana-mana, belum lagi pandemi yang belum benar-benar berakhir.
Banyak hati rakyat terketuk membantu dan berlomba menggalang dana untuk meringankan derita sesama yang terkena bencana. Anggaran dana pemerintah untuk itu pun memang ada, tapi biasanya ada saja seringai curang dari para durjana yang memanfaatkan situasi, diam-diam mencari celah menunggu waktu tepat untuk menggasak dana bagi penderita.
Sungguh jahat mereka!
Tengok saja ke belakang betapa tega mereka menggasak dana sosial untuk membantu yang terdampak Corona.
Apa sih di negeri ini yang tidak dikorupsi?
Dana berbagai proyek dikorupsi, bahkan dana haji yang nyata-nyata untuk beribadah pun bisa dikorupsi. Dana sosial apalagi, dikorupsi juga.
Betapa rakusnya para durjana itu!
Tidak bisa melihat fulus, langsung ngiler dan nafsunya menggeliat untuk segera mencaploknya. Halal dan haram tak lagi jadi persoalan yang penting perut mereka kenyang. Saudara sendiri menderita, peduli amat!
Ah pesimis, akankah antikorupsi yang digembar-gemborkan itu hanya sebuah teriakan melompong atau tak lebih daripada lipstick sebagai penghias bibir?
Apalagi banyak maling berteriak maling!
0 Comments