(Orang boleh membeli dengan apapun dan menaruh barang apapun)
Aku adalah orang yang sangat beruntung. Memiliki seorang Mama dan Bapak yang penuh kasih dalam membesarkan anak-anaknya. Terlebih adalah mamaku. Walaupun keduanya sudah tiada, cinta yang mengalir dari diri mereka seperti tak ada habis-habisnya. Bahkan selalu menjadi sumber inspirasi hidupku.
Kami adalah keluarga nomaden. Hidup selalu berpindah-pindah tempat. Masa kecilku pernah tinggal di Lhoksukon, Aceh Utara lalu tumbuh dewasa hingga tamat SMA di Merauke, Papua kemudian melanjutkan sekolah ke kampus perjuangan Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto, Jawa Tengah.
Ada yang menarik dari hidup mamaku, dia tak hanya seorang ibu rumah tangga, tapi adalah perempuan tangguh yang super kreatif karena harus selalu berusaha menghidupi ekonomi keluarga dengan sembilan anak, enam diantaranya masih hidup hingga saat ini.
Mamaku adalah partner hidup bapakku yang tak pernah mengeluhkan hidupnya secuil pun dengan beban anak yang sangat banyak. Dia justru selalu menjadi solusi keluarga di sepanjang hayatnya.
Mamaku adalah sumber keceriaan dan cinta. Tak hanya bagi keluarga, tapi juga banyak tetanggaku. Walaupun kami bukan orang yang berpunya, dia selalu berusaha membantu keluarga tetangga yang berkesusahan.
Hal yang membuatku terinspirasi hingga perjalanan hidupku saat ini adalah cara dia membantu orang lain. Dalang wayang kulit perempuan di masa kecilnya ini, di mana pun dia berada selalu menyulap rumah kami menjadi toko. Bahkan hingga akhir hayatnya.
Toko kecil yang dia bangun anehnya selalu saja terus berkembang di mana pun didirikan selalu laris dan mampu menghidupi keluarga. Bahkan hingga detik-detik akan meninggal dunia, dia masih melayani orang di tokonya.
Sebut saja ketika di Aceh, toko yang dirintis di rumah lalu berkembang pesat itu kemudian dipindah ke ruko di pasar tradisional di kampungku. Tokonya selalu menjadi toko terlaris di pasar. Kemudian di Merauke, tokonya juga berkembang pesat dan bahkan ekspansi dengan dirikan pabrik selipan padi (Heuleur).
Ini adalah konsep toko mamaku. Ketika toko dirintis, dia selalu mengatur dengan pelayanan multifungsi. Toko bagi mamaku bukan hanya sekedar menjual barang kebutuhan sehari-hari, tapi menjadi pusat pertolongan bagi siapapun yang membutuhkan. Terutama tetangga yang sedang kesulitan ekonomi.
Caranya sangat sederhana, di toko mamaku itu orang bisa datang membeli barang dengan membawa apa saja, tak harus membawa uang untuk belanja. Ada yang datang membarter barang di toko dengan hasil-hasil panenan orang di desa seperti beras, ketan, kacang hijau, kacang merah, kedelai, bahkan peralatan rumah tangga seperti panci, linggis, perhiasan yang biasanya sudah rusak, sepeda bekas, bahkan payung yang sudah rusak atau rongsokan sekalipun.
Mamaku bilang padaku, di desa itu tidak semua orang itu punya uang. Mereka mungkin hari ini juga tak punya bahan makanan untuk dimakan anak-anaknya. Jadi harus berikan kesempatan kepada mereka untuk menukarkan barang apapun yang mereka punya dengan barang di toko. Jangan sampai membuat keluarga mereka tidak bisa makan.
Mamaku bilang, barang-barang yang mereka jual kita bantu jual lagi. Kalau ada yang rusak tinggal minta tukang perbaiki dan nanti pasti ada yang butuh. Kalaupun tidak ada yang butuh bisa kita pakai sendiri. Para tukang perbaikan barang itu juga mungkin punya anak-anak banyak. Tidak punya uang untuk membeli makanan mereka dan kita bisa membantunya dengan memberikan ongkos untuk perbaikan barang rongsok itu. Mereka pasti senang.
Cara kedua adalah mamaku tak hanya membuat toko itu sebagai tempat belanja, tapi juga menjadi tempat untuk orang lain menitipkan barang apapun untuk dijual. Istilah kerennya konsinyasi. Jadi, barang yang laku dibayar sedangkan yang tidak laku dikembalikan. Dari menitip pakaian, makanan seperti kue-kue basah, kue kering, gorengan, minuman, dan juga barang hasil-hasil panenan seperti ubi ubian, sayur-mayur, dan bahkan telur atau ayam hasil ternak rumahan mereka.
Dalam hal ini mamaku berprinsip, membuka toko itu juga harus memberikan peluang bagi setiap orang untuk bisa mendapatkan tambahan pendapatan bagi siapapun. Jadi tak heran, barang di toko mamaku itu menjadi beraneka rupa barang yang dijualnya. Bahkan tidak seperti lazimnya barang-barang yang dijual di toko lainnya.
Seringkali ketika mamaku tak ada di rumah dan yang menjaga toko diriku, tiba-tiba saja ada orang datang ke rumah lalu dengan santai menitipkan barang-barangnya. Kadangkala saya tidak tahu hitungan jumlahnya. Mereka hanya memberi tahu harganya berapa per kilo atau per biji. Mereka main taruh saja dan nanti mereka akan membuat hitungan dengan dasar saling percaya dengan mamaku.
Bahkan sering kulihat, ada seorang salesman yang menjajakan barangnya keliling kampung namun tidak laku, lalu oleh mamaku diminta untuk dititipkan saja di toko mamaku. Jadi, si salesman pulang bahkan dengan tangan kosong karena semua barangnya ditaruh di toko.
Anehnya barang-barang yang dikelilingkan seharian oleh salesman itu tidak laku, tapi di toko mamaku ada saja yang membeli. Biasanya salesman itu akhirnya datang lagi dan lalu tinggal menerima pembayaran dari mamaku. Malahan banyak salesman yang tadinya hanya kelilingkan barang sendiri ke gang-gang di kampung jadi terinspirasi menyetori toko-toko. Jadilah mereka salesman naik kelas menjadi supplier istilah kerennya.
Tak cukup hanya disitu, mamaku juga berdagang dengan skala besar. Sebagai tengkulak. Tapi lucunya, barang yang dijualkan itu selalu dihargai dengan harga yang lebih tinggi dari harga beli tengkulak biasa. Bahkan ada yang hanya dijualkan saja ke pasar ketika mamaku belanja barang-barang di pasar besar di kota.
Barang-barang terutama hasil palawija dan juga hasil ternak seperti telur dan ayam yang dijualkan nanti dipotong dengan ongkos transport dan juga bagian keuntungan untuk mamaku sesuai dengan kesepakatan. Mamaku yang sangat luas jaringanya di pasar selalu memberikan harga terbaik untuk para petani dan peternak yang menjual barangnya lewat mamaku. Orang-orang selalu lebih senang menitip jual barang pada mamaku ke pasar.
Mamaku tak habis idenya di situ, toko mamaku itu juga jadi center of excellence. Setiap saat ada saja ide mamaku untuk memberikan semacam pelatihan keterampilan guna menambah pengetahuan baru yang terutama dibacanya dari koran lokal dan atau buku-buku kumpulan tips-tips membuat produk yang selalu dia minta padaku. Contohnya misal mengajarkan pembuatan abon, pembuatan pengeringan ikan lele, pembuatan sabun batangan, dan lain-lain.
Mamaku orangnya sangat praktis. Tidak banyak teori, tapi langsung aksi. Orang-orang yang diajarkan membuat abon misalnya, itu juga diajari cara mengemas yang bagus dan juga dibantu menjual barangnya ke kota. Aku sering juga jadi salah satu korbannya, kalau pas pulang ke rumah selalu dititipi barang untuk dicarikan pasarannya. Ditambah dengan beban kata-kata, “Ini orang-orang kalau barangnya tidak laku mereka nanti akan menangis karena modalnya habis”. Mamaku selalu bisa saja mengintimidasiku. Dia adalah marketer intimidatif ulung yang pernah saya temui 😁
Dear, mamaku yang hebat ini juga sangat suka mengundang teman-temannya terutama group PKK, Dasa Wisma atau Komunitas Aisyiah yang dia aktif dan menjadi ketuanya di bidang kesehatan untuk sosialisasikan cara-cara hidup sehat seperti perhatikan terutama gizi dan kesehatan anak. Kadangkala menggerakkan orang-orang untuk membasmi jentik-jentik nyamuk, gotong royong bersih-bersih kampung dari rumah ke rumah secara terjadwal dan lain-lain. Rumah itu adalah tempat keramaian bagi mamaku.
Kami anak-anaknya juga kalau menjelang lebaran selalu punya tugas khusus, yaitu mengantarkan makanan dan minuman dari tokonya terutama kepada janda-janda yang hidupnya sebatang kara. Aku bahkan punya pengalaman tersendiri, ketika mengantar makanan dan minuman khas lebaran ke rumah seorang janda tua itu mesti pulang menangis karena tak tega melihat kondisi orang tua yang aku antar makanan dan minuman itu. Aku sedih karena tak satupun anak-anaknya bersamanya ketika menjelang lebaran. Ajaran sosialnya mengena langsung ke jantungku.
Mamaku yang manis dan mungil itu juga sangat digemari oleh anak-anak kecil. Mereka memanggilnya dengan sebutan Mama Tini kadang Mama Mini, karena memang mungil orangnya. Kadang ada yang memanggil Mbah Tini, Mbah Mini. Semua anak kecil selalu sangat senang dengan mamaku. Hal yang mengherankan adalah setiap mamaku mengajakku pergi kemana-mana di kampung selalu saja anak kecil itu datang dan berkumpul serta mengajak bercanda ria dan menempel pada mamaku. Mamaku bahkan hafal nama satu persatu anak-anak di seluruh desaku.
Ingatannya memang sangat tajam. Matematikanya sangat jitu. Kalkulator selalu kalah cepat. Dia selalu menghitung apapun dengan gunakan pikiranya yang tajam dan tak mau pakai alat bantu mesin.
Ketulusan dan kepolosan hatinya juga mungkin yang membuat dia diberikan ketajaman juga memprediksi sesuatu. Sering sekali mamaku katakan sesuatu yang mengagetkan ke keluarga dengan diam-diam, dia dengan nada sedih sering katakan jika ada tetangga yang akan meninggal dalam waktu dekat dan apa yang dikatakan selalu benar. Permintaannya ketika masih hidup agar meninggal dengan cara yang mudah pun dikabulkan Allah SWT. Almarhumah meninggal saat di perjalanan menuju rumah sakit. Damailah di surga bersama kekasihmu tercinta Masno, alias Prapto Hartono ya mamaku. Darimu aku selalu terinspirasi untuk membantu dan perjuangkan sesuatu untuk orang lain. Love you forever Mom!
Jakarta, 1 Agustus 2023
Suroto
Anak ke-4 Mama Tini
0 Comments