Kulayangkan netraku menembus memori di langit kelabu
Di saat mega ingin menuangkan air mata
Yang sempat ia bendung enam bulan lamanya
Berbungkus mantel oranye, aku menghilang dibawa rintik hujan
Menerobos dinding gelap di antara jalanan kota
Yang menurutku lengang dan kosong di dalam hiruk pikuk
Yang membakar jiwa dan menjepit nurani di bawah mega mendung
Yang terlukis sendu dipangku angkasa
Dan bahagia tersembunyi di balik angkasa disamarkan air mata bumi
Sambil menyusuri lintasan ingatan di tiap sudut jalan
wajahku basah menghadap rintik-rintik hujan
Yang mencumbu wajahku
pelan
dingin
menetes dari ujung dahi
menuju mata
menyapa hidung
melewati mulut
dan hilang setelah tiba pada dagu
yang nanti berulang di lain sisi
dengan rayuan yang sama
Kembalilah diriku meniti di antara jalanan kota
Yang ramai dengan wajah-wajah pinjaman
Yang ramai dengan senyum-senyum buatan
Yang ramai dengan tawa-tawa keras
di sudut meja yang berdiri di antara jalanan kota
Berbungkus mantel oranye, aku tiba di taman
Sambil membawa pesan yang ingin kusampaikan
Kepada rintik-rintik hujan
Kepada mega yang gelap
Kepada angkasa yang hana
Kepada dirimu
yang bersembunyi dalam ruang sunya
Kuteriakkan namamu
yang mulai legam digerus hujan
yang aku takut ketika
sendiri
larut dalam kenangan
Pun terjebak dalam lingkaran
ingatan
Malang, Oktober 2021
0 Comments