“Di sini kami juga terbuka buat orang lain untuk belajar dan sukses bersama,” kata Darmono, pemilik tambak ikan Nila yang ditemui tintaemas.co.id., Minggu (12/09/2021). Lokasi tambak nila seluas 1,5 Ha milik Darmono yang terletak di Desa Sendangtirto, Berbah-Sleman, DIY, terasa asri di tepi jalan desa menuju jalan raya Yogyakarta – Wonosari. Gemericik air di pematang tambak terasa menyegarkan diiringi debur air dari beberapa buah mesin kincir air di tengah tambak.
Peran kincir air menurut Darmono berfungsi sebagai suplai oksigen air tambak, juga membantu proses pemupukan dan pencampuran karakteristik air tambak di lapisan atas dan bawah.
“Kincir air tambak juga berguna untuk membantu membersihkan kotoran di dasar tambak agar kualitas air stabil dan menjaga keseimbangan ekosistem air tambak,” Jelas Darmono.
Tambak milik bapak dua orang anak tersebut juga diisi dengan selingan ikan Koi sebagai variasi. Namun yang utama adalah produksi ikan Nila untuk konsumsi.
“Tambak kami berisi empat tambak indukan. Untuk pembenihan, pembesaran, panen dan pembakaran. Jadi, konsumen juga bisa datang ke sini untuk memesan Nila bakar yang kami siapkan untuk dibawa pulang,” imbuh Darmono.
Produksi tambak Nila Darmono dapat menghasilkan sekira 6 ton lebih ketika panen dalam sebulan. Sehari produk diperkirakan bisa 2 – 3 kuintal ikan Nila.
“Karenanya untuk mencapai target produksi Nila 6 ton per bulan pasti dibutuhkan keluasan tambak yang mencapai 1,5 hektar,” urai Darmono lagi.
Ikan Nila di lokasi tambak tersebut dari pembibitan sampai dengan panen membutuhkan minimal 45 hari – 60 hari panen. Dengan catatan, kondisi iklim yang bisa mempengaruhi eksosistem air tambak selalu dalam keadaan kondusif. Untuk pakan bibit, Darmono menggunakan pellet.
“Tantangan utamanya adalah pada bulan Juli-Agustus yang merupakan periode rawan. Pengaruh cuaca atau iklim bisa menyebabkan eksosistem air tambak menjadi agak bermasalah. Tapi soal berapa persen bibit yang gagal, tak bisa ditentukan,” tambah Darmono menguraikan ihwal pengaruh cuaca pada produksi Nila.
“Untuk meminimalisir pengaruh buruk cuaca pada ekosistem air tambak, maka pola kepadatan benih harus diatur, jumlah ikan dikendalikan. Jadi memang tidak bisa sembarangan menebar benih,” jelasnya lagi.
Tambak Nila Darmono, juga terbuka bagi mereka yang ingin belajar dan berjejaring untuk maju bersama. Terutama bagi para pemula yang berminat perihal budidaya ikan Nila.
“Sebagaimana dulu kami pernah ikut pembinaan para pemula dari Dinas Perikanan Pemkab Sleman pada 2004, saat ini kamipun terbuka bagi teman-teman yang berminat untuk berkembang dari usaha tambak ikan Nila ini,” pungkas Darmono mengakhiri perbincangan pagi. (017)
0 Comments