Dahulu …
Takbir lembut yang keluar dari bibir
Merontokkan sendi sendi tubuh, lemas lunglai tak berdaya
Membutakan mata, gelap-gulita
Meluluhkan hati, panas di dada
Kaki tak mampu lagi bertumpu, bak cacing di atas bara
Tangan kekar, tak bertenaga
Jatuhlah pedang yang dibanggakan
Suroqoh bersimpuh dan memohon
Dahulu …
Takbir mulut pejuang Surabaya
Membelah angkasa, menyeruak membakar
yang lemah menjadi kuat
yang sakit, terobati
yang tidur terbangun
bagai macan kelaparan
mereke bergerak, menghadang melawan
harta terlupakan, jiwa raga dikorbankan
tak bersenjata, bambu runcing digunakan
Penjajah kocar kacir cari perlidungan
Sekarang…
Takbirmu tak menggetarkan hati
Tak mampu membakar semangat
Tak mampu merubah maksiat
Kosong melompong tak berarti
Takbirmu hanya untuk nafsumu
Negaramu kau bilang thogut, kafir
Teman se akidahmu kau bilang sesat
Banyak khurafat, masuk neraka
Hanya kau yang benar, lurus, penuh hidayah
Takbirmu hanya untuk golonganmu
Kau halalkan darah orang lain
Kau bolehkan anak durhaka
Kau ijinkan merusak, membakar, ambil paksa
Merampas, merampok, membunuh
Itulah takbirmu ?
Malang, 17 September 2021
0 Comments