Tak Kenal Lelah

Dec 30, 2021 | Essai

Visits: 0

Dalam keadaan serba sulit, dihadapkan bencana non alam, kehendak membuka cakrawala pemikiran untuk berbuat dan mewujudkan keinginan bermanfaat, hanya satu pijakan, langkah penuh harapan bagaimana sukses ke depannya.

Tentunya dibutuhkan keseriusan, niatan, keteguhan hati, menyambungkan rasa di antara kita semua untuk bangkit. Kita bisa lihat di alam semesta, gambaran nyata sebuah gunung dengan tenang dan gagahnya bisa dilihat dari segala penjuru. Dengan jangkauan jarak, pandangan kasat mata, warna yang tampak, ini membuktikan yang di lakukan, dilandasi sebuah proses pada setiap tujuan yang akan di capai.

Tak kenal lelah berupaya membangun, membangkitkan semangat individual, saling tarik menarik, mendongkrak setinggi-tingginya. Tiada putus asa mencoba dengan sungguh-sungguh mematrikan, dipatrikan di atas sebongkah batu hitam mengkilat dengan niatan tidak tergoyahkan. Langkah berjalan cepat dengan adanya sebuah wadah bersinar, memberikan setitik sinar cahaya, kecerahan pada insan manusia.

Ketiadaan keputus-asaan dicabik-cabik, diremas dibuang jauh-jauh, menatap masa depan kedepannya, tidak menjadikan sia-sia. Wadah bersinar telah digapai, dicapai dalam genggaman tangan teriringi menjadikan bulatan kekuatan di hati, nama terukir Tinta Emas Negeri, Mariska Alam Negeri berkumandang atas ridho-Nya.

Kurun waktu belum begitu lama, pertahanan, ketahanan dibangun dengan banyak senyuman, semangat, dedikasi yang tinggi. Curahan pemikiran, hati, bagaimana memiliki daya lekat, mencintai, dicintai sehingga terwujud penyatuan lebih kokoh.

Langkah demi langkah dipatrikan sebuah kepastian, secercah cahaya diimplementasikan, membagikan pengetahuan terhadap saudara kita guru-guru berbagai wilayah, berikutnya menjadi sahabat Tintaemas. Setitik embun tidak menjadi penghalang demi kebagusan, menapakkannya kaki di wilayah Ponorogo, Kota Malang, Surabaya, Bandung.

Panggilan hati tiada seorangpun yang dapat mencegahnya, di depan jiwa raga satu kata demi kebagusan “Literasi Bahasa, Implementasi, Perwujudan, Penerapan, Hasil Karya”, yang menjadi tolak ukur kebahagiaan mendongkrak secara individual, kelompok, kelembagaan Sekolah demi anak didik dan Guru.
Pandanglah sinar matahari pagi dari kaki langit ufuk timur, berjalan pelan sesuai lintasannya sampai ufuk barat tidak berhenti. Tidak bedanya kehidupan penghidupan insan manusia, setelahnya semua yang diraih, ditinggalkannya kembali tenggelam pada pangkuan Sang Khalid.

Resapilah rasa jiwa raga, alam sekitarnya dengan lembah mana yang paling dalam pada setiap waktu berjalan, kerendahan, ketulusan hati, meretas lelehan tangisan hati, diukirlah waktu demi waktu, apa yang ada pada diri insan manusia. Allah swt, menuntunnya pada jiwa-jiwa yang terpanggil saling mengisi, menyembuhkan, jalan menuju kesegaran pikiran, bagaikan ibu, anak, saudara, tumbuhlah saling berkolaborasi yakni Ibunda Hindun Psikolog senior, usianya di atas kita, masih bersemangat memikirkan, menghayati, memaknai, kehendak adanya pijakan yang jelas sebagai parameter bagi orang tua, anak, guru.

Perjuangan mengabdikan jiwa raga semata-mata karena Allah ta’ala sebagai sandaran yang utama dan pertama. Semoga wadah Tinta Emas Negeri, Mariska Alam Negeri, sebagai Wahana di Alam Belantara, menjadikan pengisi dan diisi jiwa raga yang terpanggil dengan ketulusan hati, sebagai proses pembelajaran, belajar sekilat cahaya, setitik embun, secercah cahaya, dapat memberikan azas manfaat bagi anak negeri ke depannya.

Sby, 29 Desember 2021.

Baca Juga

0 Comments
  1. Kalau penulis kurang jujur dalam menyajikan karya tulus, pasti dan pasti akan menyesatkan. Maka catatlah sejarah sebagaimana adanya. Syukur2 bisa…

  2. Sangat menginspirasi dan menopang semangat

  3. Sangat inspirasi, membantu menumbuhkan motivasi dan penopang semangat

Pin It on Pinterest

Share This