Surau Ateh Teluk Bayur

Oct 26, 2021 | Jalan Jalan

Visits: 1

Selamat tinggal Teluk Bayur permai
Daku pergi jauh ke negeri seberang
Ku ‘kan mencari ilmu di negeri orang
Bekal hidup kelak di hari tua….

Tembang lawas dengan judul “Teluk Bayur” yang dilantunkan Erni Johan ini membuat penulis larut dengan suasana yang pernah dilalui di sana. Penulis lahir dan tumbuh remaja di Teluk Bayur, banyak sekali kenangan yang tidak akan pernah bisa terlupakan. Terlintas semua suasana saat itu, hingga kenangan ketika bermain, berlari bersama teman-teman semasa kecil sangat jelas terukir di kepala. Teluk Bayur, kawasan pelabuhan dengan warganya yang sangat ramah, tapi jangan pernah dipancing untuk marah.

Teluk Bayur merupakan kelurahan yang berada di Kecamatan Padang Selatan, Sumatera Barat. Di sana dahulu terdapat simpang yang dinamakan Simpang Air Manis. Setiap wisatawan yang ingin menuju Pantai Air Manis dengan berjalan kaki melalui rute Teluk Bayur akan melewati simpang tersebut. Jalannya sudah bagus, berjenjang dan sudah disemen. Perjalanan yang naik turun bukit akan membuat para wisatawan makin bersemangat. Tapi sekarang simpang tersebut sudah tidak ada lagi.

Di Teluk Bayur dahulu ada dua bangunan Masjid yang sering disebut warga sebagai Surau, yaitu Masjid Raya (Surau Ateh) dan Masjid Muhammadyah (Surau Bawah).

Selama tinggal di Teluk Bayur, penulis sering shalat di Surau Ateh, karena Surau berada dekat rumah. Surau Ateh adalah salah satu Surau (baca:Masjid) tertua di Sumatera Barat. Surau ini tercatat berdiri pada abad ke-17, tetapi bangunan yang berdiri di lokasi sekarang baru dibangun pada masa penjajahan Belanda sekitar abad ke-19.

Dikutip dari Langgam.id, (Masjid Raya Teluk Bayur, Saksi Peperangan dan Air Mata), Surau Ateh didirikan oleh Abdullah, seorang saudagar asal Arab yang juga merupakan pimpinan para santri melawan kompeni yang ingin merebut wilayah Teluk Bayur pada tahun 1696. Surau Ateh juga disebut sebagai Masjid Teluk Air Mata, karena setiap musim haji, di Surau Ateh inilah banyak isak tangis ketika mengantar dan menyambut Jemaah Haji. Apalagi dulu banyak Jemaah Haji yang tidak pulang lagi ke tanah air, karena menjemput ajal di Tanah Suci. Dan masih banyak lagi sejarah yang mungkin belum terungkap tentang Surau Ateh ini.

Bagi penulis, selain tempat beribadah, Surau Ateh merupakan tempat bermain. Di sana penulis merasakan kebersamaan yang sangat kental. Terlebih ketika bulan Ramadhan, suasana di halaman Surau sangat ramai oleh anak-anak yang bermain. Ditambah lagi dengan adanya penjual takjil dan bermacam-macam makanan ringan yang “khas” sekitar Surau Ateh, seperti “karupuak kuah, mantimun balado”, mihun dan lain sebagainya. Penulis juga sering tidur di Surau kala bulan puasa, hanya sekedar untuk bisa berkumpul bersama teman-teman agar bisa membangunkan warga pada saat sahur.

Surau Ateh menyimpan banyak sejarah dan melahirkan nostalgia. Suasana yang dulu ramai, apakah akan sirna ditelan masa?! Apakah sejarah dan nostalgia Teluk Bayur akan dilupakan seiring runtuhnya pemukiman warga?! Karena empat tahun yang lalu penulis ke area tersebut, sudah banyak pemukiman yang digusur untuk pengembangan wilayah pelabuhan. Rumah-rumah yang dulu berderet di pinggir jalan telah rata dengan tanah. Para warga yang berdomisili di sana banyak pindah ke kecamatan lain yang bejarak lebih kurang 3 km dari Teluk Bayur. Sekarang rumah yang berada di sekitar Surau Ateh hanya tinggal sedikit, hanya beberapa rumah yang berada dekat perbukitan yang masih bertahan.

Teluk Bayur, telah menjadi pelabuhan tulen, rumah berganti pergudangan, sepi. Mungkin sebentar lagi tidak akan pernah lagi terdengar suara canda anak-anak di sana. Dan mungkin Surau Ateh yang bersejarah itu juga akan runtuh. Padahal tanpa sejarah, kita entah jadi apa…

Bungo, 25 Oktober 2021

Baca Juga

0 Comments
  1. Kalau penulis kurang jujur dalam menyajikan karya tulus, pasti dan pasti akan menyesatkan. Maka catatlah sejarah sebagaimana adanya. Syukur2 bisa…

  2. Sangat menginspirasi dan menopang semangat

  3. Sangat inspirasi, membantu menumbuhkan motivasi dan penopang semangat

Pin It on Pinterest

Share This