Pendar cahaya gawai menampar roman muka
Menghapus batas semu rahasia di ruang maya
Saksikan gonggongan manusia tak berwajah
Keras tanpa makna, berisik mengundang massa
Berani sambil sembunyi di balik pintu-pintu ahmak
Pendar cahaya gawai menusuk pelupuk mata
Mengunci berahi pada layar tak berjiwa
Senggama menatap gambar tak bernyawa
Di sudut gelap kepingan zakar terpecah,
“Masih muda sudah dijejali yang tak berbusana.”
Pendar cahaya gawai belum redup merusak jiwa
Melongok anak muda lupa membaca
‘s-e-j-a-r-a-h’
Mengeja akar bangsa saja masih latah
Begitu sudah bermain dengan kambing hitam.
Pendar cahaya gawai menangkap jala pusat saraf
Menertawai urat malu abdi yang bermain dengan dana
“Memangnya mengabdi untuk siapa?”
Ah mudah saja, mereka mengabdi pada ego
Ego untuk melondong rakyat kecil
Pendar cahaya gawai melanglang di ujung retina
Meratapi alam yang tiada lagi bercinta dengan fauna
“Kepentingan korporasi mana bisa dilawan!”
Tangisan alam menderu, molek hutan sudah diperkosa
Sisa napas adat pelindung sudah dibungkam dalam penjara
Pendar cahaya gawai akan usai pukul tiga
Tiada tenang lelap dengan asa yang remang
Di pucuk kesadaran gawai
Jiwa Rendra menyapa,
“Esok masih ada kebobrokan apa?”
Malang, Maret 2021
0 Comments