Banyak hal terlintas dari sisi bagian dalam kepala. Adanya angan-angan, imajinasi, kehendak, keinginan, dan apa saja berbagai hal dalam kehidupan mengalir bagaikan aliran air dan hembusan angin. Sebagaimana cairan yang terdapat dalam organ tubuh manusia, bersirkulasi berbagai alur saling berkesinambungan. Apakah aliran yang terlintas dimaksud terlihat dan terdengar oleh kasat mata, telinga ataukah bisa untuk dirasakan?.
Apalagi suara hati terfilter berbagai sekat hanya terpatri kebenaran, keindahan, kebahagiaan, kebaikan, kesedihan, keburukan dan atau dapat terarah kerusakan jiwa. Dari sinilah suara hati sebagai sumber dari segala sumber kekuatan pemanen, yang tidak dapat dipatahkan dan diusik. Alangkah sedihnya jika tidak adanya hati yang melekat di jiwa manusia!
Suara hati diukir dan terukir bagaimana mencintai Sang Khaliq mencintai alam semesta, mencintai negeri, mencintai sesama, mencintai sang kekasih, dambaan hati, idaman, dan pujaan hati. Bagaimana kondisi pada masa lalu yang tak terjangkau dengan daya nalar manusia saat ini, tentunya sulit membayangkan rasa keadaan di kala itu.
Suara hati tidak dapat dicuri, dibohongi maupun dikhianati. Pengkhianatan membabi buta dan berbagai cara pengelabuhan dilakukan. Maka dapat terjadi kegundahan, rasa tidak nyaman, rasa sakit, malu terdalam, seperti pohon terbonsai.
Senyum pun berat di bibir, pemikiran kacau balau, kedua mata tak mampu menatap dan tak bersinar, berjalan pun terasa banyak yang melihat, carut-marut jika kesemuanya itu dihadapkan permasalahan yang menimpa.
Suara hati menelisik, mengurai, terurai bermuara pada relung terbatas, namun dampaknya dapat dirasakan. Peran dari suara rasa kalbu dapat terarah pengendalian jiwa, oleh karenanya merupakan satu titik sumber kekuatan.
Secerdas isi kepala membuat perangkat keras super hebat, klaim hebat menggunakan piranti keras, sepintar bermain sandiwara, sepandai bersilat lidah, bila tidak seimbang, selaras dengan suara rasa kalbu seperti pohon berdiri tegak, batang kering, tanpa daun, rusak luar maupun dalam.
Suara hati di relung senja seraya matahari mendekati terbenam di ufuk barat, warna cahaya menerpa bagian bentangan langit berwarna merah bata, kehitaman, abu-abu, putih, kuning memberikan aura keindahan, kecantikan yang mempesona, kedamaian, keheningan, kewibawaan semesta alam.
Sebagaimana peri cantik jelita, sang bidadari berjalan hendak terbang menuju peraduan di singgasana nirwana. Tempat akhir merebahkan badan, teriringi gamelan dengan suara merdu dan diiringi lantunan tembang oleh para dayang-dayang.
***
Suara kalbu seolah raja alam, duduk di singgasana nirwana
Titah dan sabdanya tiada berubah di antara baik, buruk, indah, bahagia, sedih, dan damai
Tak ada kata menyangkal, hanya sebuah satu kata saja
Tiada kalimat permusuhan, pertikaian, hanyalah kedamaian semata
Perputaran suara rasa kalbu, pada relung terbatas
Sumber kekuatan seluas semesta raya, tak terjangkau netra
Walau tak tersentuh tapak kaki, jemari, suara rasa hati menjamahnya
Bersemayam keindahan, ketenangan, kedamaian, kebaikan
Suara hati bagai matahari, bulan, dan bintang bersinar terang
Tak ada tipu daya, rangkaian kata bohong berkumandang
Jejak setiap tapak kaki terlabel di lapisan tanah sebagai saksi
Berputar bagai arah jarum jam, tidak keluar dari perlintasan
Suara hati bagai peri yang cantik jelita, luar dalam tiada pernah goyah
Senyuman membahana di jagad jumantara membuat hati bahagia
Semerbak bahu harum, terbawa semilir angin surga
Teriringi kabut warna putih salju, bagai dihempas selendang sutra ungu
Surabaya, 30 Juni 2023
Yudi Ento Handoyo
0 Comments