Berdasarkan landasan idiil Pancasila dan landasan Konstitusional UUD 1945, sudah sangat jelas sebagai pakem. Tidak ada lagi tawar menawar dan ganggu gugat pada setiap kurunnya masa. Landasan tersebut merupakan pijakan yang sangat sakral bagi roda pemerintahan, berbangsa dan bernegara.
Tentu, para pemegang kendali menjalankannya dengan batasan waktu. Oleh karenanya kewaspadaan, kehati-hatian sangat diperlukan ketajaman serius, detail meninjau masa ke depannya yang lebih jauh dan berparameter sebelum, dan terlahirnya landasan, dasar sebagai tonggaknya.
Perkembangan zaman dan peradaban selalu seiring dengan setiap masa yang bergulir. Hal ini sebuah hal yang luar biasa jika ditinjau perkembangan pola pemikiran, dan bukan merupakan hal yang aneh dan terkejut-kejut, seperti penderita sakit jantung.
Kembali adanya perubahan peradaban semakin meningkat, tentunya sudah dipersiapkan antisipasi, daya cegah, daya tangkal, dan meningkatkan produktivitas sumber daya manusia dan hal-hal yang diperlukan dalam menghadapi ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan.
Hal ini sudah dilakukan dalam memasifkan gerakan sebagai upaya membendung hal-hal yang dapat menggerogoti, merusak dan kehancuran sendi-sendi kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Tentunya komitmen dan konsisten telah terbangun dengan tepat dan benar, dilakukan oleh berbagai lapisan masyarakat di kalangan terbawah sampai teratas, sesuai yang diemban sesuai tingkatannya.
Apakah demikian yang terjadi secara aktual?!
Sangat patut disyukuri sebagai bangsa ketimuran yang memiliki adab, etika dan akhlak, dan berbagai macam budaya sangat luar biasa. Di sisi lain, terkumandang negeri gemah ripah lohjinawi, tidak ada sekurang apa pun yang ada dan tersedia.
Sebagaimana perjuangan dari bagian masyarakat, berbagai bangsa Indonesia di kala itu, dan berkesinambungan hingga saat ini, yakni adanya harapan ketenteraman/perdamaian, keadilan, kesuburan, kemakmuran, dan tata raharja.
Berkembangnya waktu dapat dirasakan, merasakan perubahan-perubahan yang signifikan dan komprehensif. Dikatakan seutuhnya dan belum tentu seutuhnya dirasakan, ke semuanya dapat dilihat dengan jelas. Tidaklah mungkin sebuah bangunan yang berdiri tegak, dipandang bagus, kuat, memiliki nilai yang tinggi, dan tentu masih adanya kecacatan yang harus dibenahi menjadi lebih baik, dan mempunyai makna yang besar bergulirnya waktu di masa mendatang.
Semuanya bukan sebuah rahasia, tatkala berorientasi membangkitkan, mengeksploitasi, mengeksplorasi sesuatu hal yang terkandung, demi asas manfaat yang tepat, jauh ke depannya lebih baik adanya perubahan totalitas.
Keadilan, kemakmuran dapat dirasakan dengan benar, bila tidak ada beban yang memberatkan dari segala hal dalam kehidupan, tidak adanya jari-jemari memainkan peran, memegang kendali tersamar, mengekspresikan kehendak untuk kepentingan tujuan tertentu tidak terjadi kerontokan, kejatuhan yang sudah dibangun sedemikian rupa di bawah permukaan.
Sebagaimana yang tertera seakan bagaikan kalimat usang, tidak berarti dan bermakna, tidak adanya asas manfaat. Namun demikian suara hati terlantunkan, terayunkan bagaikan semilirnya angin, gelombang air samudra, erupsi gunung meletus, banjir bandang, tsunami, retakan pergeseran bumi yang menakutkan. Oleh karenanya, “Sesungguhnya, Bisakah Keadilan dan Kemakmuran Terwujud”.
***
Perkembangan zaman dari kegelapan, menuju samar dan terang
Waktu begitu panjang terlampaui, terang samar-samar
Pengorbanan, perjuangan, mengucurkan keringat serta darah
Hilangnya nafas tak terhitung jumlahnya, meninggalkan raga
Pergulatan setiap masa, bangkit, bangunkan jati diri
Semboyan terkumandang, kurunnya waktu masih tertindih
Menggeliat memagari, mencurahkan sekuat tenaga dan pemikiran
Walau tertekan di setiap perlintasan, bersambung dan menggema
Pada titik pergolakan, ambisius bermuara kebangkitan
Titik terang tergapai, membahana perebutan kekuasaan
Sirkulasi dersik angin menderu, berputar kencang
Tak terelakkan terpecah belah, menusuk dan menghantam
Kurun masa memancar cahaya bersinar, dirasakan kehangatan
Meniti dengan kesungguhan, mengisi di setiap celah harapan
Sinar terang benderang, mengarungi jagad jumantara
Sudahkah, jiwa-jiwa menggemakan keadilan dan kemakmuran merata?!.
Surabaya, 15 Juni 2023
Yudi Ento Handoyo
0 Comments