Tahukah engkau Desember ini, terpendam begitu dalam rasa, Rasa rindu yang tiada terperi kepada ibu yang sedang sendiri.
“Tuhan, jika boleh aku meminta, perkenan aku memulung rinduku yang terserak di penghujung tahun ini, hingga mega tak lagi bercumbu dengan awan, dan angin dengan mudah mengirimkan rinduku” tuk tersampaikan. Bulan kesebelas segera berlalu dari pelupuk. Secuil kisah menggulung di relung lubuk.
“Sungguh aku tak butuh jawaban , biarkan kisah rindu ini menggores, kendati embun tak lagi menetes,” amat nian pintaku, hingga aku tersipu malu.
Lihat sepasang mata menatap rindu tergulung buih, Seolah pedih ingin berlaga kasih. Wahai bintang, Apakah kalbu ini telah terbelenggu kilaumu?
Gairahku terpasung pada kisah yang membayang di bulan Desember. Membalut kisah desah.
Pada bintang yang pelan-pelan meredup. Aku terkesima meronce balas. Berharap Desember menjelma rupa.
Kisah diseputar gelap malam di satu hembusan nafas. Pada sekujur tubuh yang terasa lepasPada letih yang mulai mengayun pedih. Membangunkanku dahsyatnya Desember Tuk merawat benih rindu dari engkau ibu yang senantiasa tertanam di jantung hatiku.
Malang, 4 Desember 2021
0 Comments