Sanghyang Poek dan Sanghyang Heuleut Belitong-nya Bandung

Nov 21, 2021 | Jalan Jalan

Pernah ke Belitong atau Belitung? Kalau pun belum pernah ke sana setidaknya pernah lihat lewat tayangan film “Laskar Pelangi”. Sebuah pulau lepas dengan pemandangan aneka bebatuan besar yang mempesona. Pokoknya keren deh terutama untuk selfie dan welfie . Di Bandung juga ada lho pemandangan yang mirip-mirip Belitong. Namanya Sanghyang Poek dan Sanghyang Heuleut. Pernahkah Anda mendengar kedua nama tempat tersebut?

Sanghyang Poek dan Sanghyang Heuleut terletak di Rajamandala Kulon, Kabupaten Bandung Barat. Jarak tempuh sekitar satu setengah jam dari Kota Bandung. Dari parkiran dekat gapura PLTA Saguling sekitar 1,5 km dengan waktu tempuh berjalan kaki sekitar 20 menit untuk sampai di Sanghyang Poek. Sedangkan Sanghyang Heuleut 5 km dari gapura dengan waktu tempuh sekitar 1 jam dengan berjalan kaki.

Yuk, perjalanan kita mulai!

Letak Sanghyang Poek tidak terlalu jauh dari gapura dekat PLTA Saguling. Setelah melewati jalan setapak di pinggir hutan, kita akan tiba di sebuah tempat dengan pemandangan air yang jernih dan bebatuan dengan berbagai ukuran. Di tempat ini terdapat pula sebuah gua purbakala. Gua inilah yang dinamakan Sanghyang Poek. Dalam bahasa Sunda “Sanghyang” artinya dewa/dewi dan “Poek” berarti gelap. Gua gelap tempat dewa/dewi, begitulah kira-kira arti dari Sanghyang Poek. Gua ini termasuk jenis gua karst, yaitu kawasan batu gamping yang telah melalui proses karstifikasi. Dengan bantuan senter atau alat penerangan lainnya kita dapat melihat pemandangan stalagtit dan stalagnit yang eksotis di dalam gua.

Pemandangan di sekitar gua juga memiliki daya tarik tersendiri. Kita bisa berfoto di atas bebatuan atau di jembatan kecil yang terdapat di situ. Biasanya para goweser berhenti sampai sini, sebab medan berikutnya sulit dilalui dengan bersepeda, tapi kalau mau mencoba boleh juga.

Perjalanan kita lanjutkan menuju Sanghyang Heuleut. Tempat ini cukup terpencil, jika khawatir tersesat ada tim pemandu yang siap membantu. Sebelum sampai tujuan terlebih dulu kita akan memasuki sebuah hutan yang hijau dengan kicauan merdu burung-burung dipadukan suara gemercik air jernih yang mengalir di sungai-sungai kecil yang kita temui di sepanjang perjalanan. Kita akan melewati pula jalanan berbatu. Jangan heran bila di sepanjang perjalanan akan terlihat batu-batu yang sangat besar. Batu-batu tersebut merupakan hasil letusan gunung purba dahulu kala. Tak hanya bebatuan terjal, kita pun akan melewati beberapa jembatan yang terbuat dari kayu besar yang roboh. Jadi mesti berhati-hati melewati rute ini karena cukup licin jika musim hujan. Untuk itu pastikan alas kaki yang dipakai anti slip dan aman, agar tidak terpeleset.

Nah setelah sekitar 1 jam kita berjalan kaki, tibalah di tujuan yakni Sanghyang Heuleut. Konon Sanghyang Heuleut adalah tempat mandi dan bersuci dewa/dewi. Sesuai namanya “Sanghyang” yang artinya tempat dewa/dewi, sedangkan “Heuleut” berarti jarak antara dua waktu. Sanghyang Heuleut diartikan sebagai tempat yang menjadi titik temu antara kahyangan dan bumi. Kisah itu dipercaya oleh penduduk sekitar dan mereka pun menganggap tempat tersebut sebagai tempat keramat.

Sanghyang Heuleut juga dipercaya merupakan hasil letusan gunung api purba yakni Gunung Sunda. Hal tersebut dapat dilihat dari bentuk danau yang dikelilingi bebatuan besar dan tinggi. Di sekitar bebatuan juga terdapat aliran air terjun yang merupakan aliran sungai Citarum Purba yang mengaliri danau Sanghyang Heuleut.

Selain menikmati pemandangan sekitar Sanghyang Heuleut yang eksotis, kita juga dapat berenang di danau yang terdapat di situ. Oleh karena itu, kalau ingin ke tempat ini, jangan lupa sertakan pula pakaian untuk berenang dan perlengkapan lainnya. Di tempat ini juga ada penyewaan pelampung beserta rompi pengaman. Jadi Anda tidak usah khawatir untuk perlengkapan safety jika Anda lupa membawanya.

Di danau ini kita bisa uji nyali melompat dari tebing batu dengan ketinggian 4-12 meter. Tenang saja di sini pun telah siaga Tim SAR yang siap membantu jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, salah seorang di antaranya Pak Asep Sutisna yang bertindak sebagai pemandu juga sekaligus bagian dari tim SAR.

Bagaimana, menarik juga kan kedua tempat ini?

Jangan lupa sebelum pergi siapkan pula stamina untuk berjalan jauh dengan medan yang terjal dan naik-turun. Lebih baik datang pagi-pagi agar masih sepi sehingga terhindar dari keramaian karena semakin siang semakin ramai pengunjung. Dan jangan lupa baterai handphone dan kameranya penuh atau bawa power bank karena banyak obyek foto yang keren dan sayang bila dilewatkan begitu saja. Bawa bekal juga, terutama air minum, meskipun di sekitar Sanghyang Heuleut banyak warung yang menyediakan berbagai makanan dan minuman, termasuk kelapa muda.

Selamat berhiking dan berpetualang dengan gembira di Sanghyang Poek dan Sanghyang Heuleut Belitong-nya Bandung, jangan lupa berdo’a dulu untuk keselamatan dan keamanan, sertakan pula puji dan syukur kepada Allah Swt. yang telah menganugrahi tempat amazing ini.

Baca Juga

0 Comments
  1. Kalau penulis kurang jujur dalam menyajikan karya tulus, pasti dan pasti akan menyesatkan. Maka catatlah sejarah sebagaimana adanya. Syukur2 bisa…

  2. Sangat menginspirasi dan menopang semangat

  3. Sangat inspirasi, membantu menumbuhkan motivasi dan penopang semangat

Pin It on Pinterest

Share This