Kalian lihat, pagi ini cerah semangat para pejuang napas semakin jelas diantara riuh kendaraan bermotor menghias tiap ruas jalan. Sepanjang mata memandang hanyalah lalu lalang lalu lintas dengan spontanitas tancap gas melaju pias. Saling salip tak bisa lagi terelakan.
Bus dengan truk, mobil dengan motor, semua nyaris berlomba memecah jalan menembus ruang dan waktu menuju lokasi tujuan masing-masing. Pengendara sepeda pancal dan pejalan kaki hingga tak cukup menarik perhatian. Kecuali saat kehadiran salah satu dari mereka terasa menghalangi jalan. Atau saat parade sepeda santai dengan peserta agak banyak akan sangat menarik perhatian bahkan menarik umpatan.
Oh, ini di jalan, Kawan!
Belum jika kita melihat peliknya persaingan kehidupan. Persaingan yang melibatkan segala aspek kehidupan, fokus di sini aspek harga diri.
Berapa harga dirimu, itulah penentu kemenangan. Makanya, harga diri di sini mampu mempertaruhkan apa saja. Harga diri bisa memakan apa saja, bahkan pemburu harga diri bisa lebih kejam dari kanibal. Jangankan memakan bangkai kawan, memakan manusia yang masih bernapas pun akan dilakukan.
Apa? Hanya sekedar membuat rumor atau cerita miring seseorang? Itu hanya sekulit jangat persaingan, Bro!
Siapapun bisa melakukan, namun untuk menjadi kanibal atau antek-nya tentu hanya sedikit yang bisa menerjang.
Oh, Persaingan…
Uraian di atas hanya dalam celah lingkup suatu daerah, belum negara atau Dunia Global.
Bisa kita bayangkan, kanibal akan saling memakan kanibal lainnya. Dan ada Presiden Kanibal di atasnya, yang juga saling memakan.
Bukan hanya ngeri, tapi Biadab!
Dan apalah daya artinya, jika kita semua adalah para begundal yang ada di dalamnya. Para pelaku atas konsep para pemikir, dimana pemikir kita ada diantara daftar para kanibal itu.
Bersyukurlah, jika kita masih berada pada lingkup pemikir yang tidak masuk daftar kanibal dunia. Meskipun pemikir kita tidak viral dan tidak berharga di mata dunia. Namun, meringankan beban Mizan kelak adalah lebih baik ketimbang memberatkannya.
0 Comments