Sore itu, suami mengajakku pergi ke mall untuk mencari celana kerja yang katanya sudah pada sobek tepat di selangkangannya.
“Ibu sih tak perhatian, tahu celana Ayah sobek, tidak pernah tahu!”
Begitu kicauannya dengan memasang muka masam dan bibir dilengkungkan ke bawah, cemberut.
Maklumlah, celana kerjanya semua dibawa ke tempat kerja yang ada di luar kota. Ya, gimana aku bisa tahu, pikirku.
Tak lama berselang dalam perjalanan, akhirnya kami tiba di mall yang dimaksudkan.
Kemudian, suamiku menemukan konter merk celana favoritnya, lalu ia pun langsung memilah-milah celana yang sesuai dengan ukuran kakinya.
Tiba-tiba saja, di seberang konter tempat suamiku memilah celana, mataku menangkap konteŕ busana yang memajang celana-celana katun lumayan bermerk, dan tatapanku terfokus pada tulisan berwarna merah pada kotak bergantung di atasnya yang tertulis angka 70%. Mataku pun terbelalak!
“Aha..!” Otak matematisku langsung saja berdecak kegirangan, membayangkan akan mendapatkan barang bermerk dengan harga yang fantastis, dengan potongan 70%!
Kapan lagi bisa dapat barang bermerk semurah ini, pikirku.
Saking bersemangatnya, kuhampiri konter itu dan langsung memilih-milah celana yang diberi harga diskon. Lalu aku langsung saja berseloroh pada orang di depanku, dengan pandangan mata tetap ke arah celana yang hendak aku pilih.
“Harga bandrol ini sudah harga potongan atau belum, ya Kang?” tanyaku dengan suara cukup lantang karena saking kegirangannya mendapatkan celana bermerk yang sedang diskon gila-gilaan.
“Ga tahu! Emang saya tukang jualannya!”
Deg! Jantungku langsung berdegup keras.
Terdengar suara membentak datang dari arah samping telingaku ketika sedang asyik memilah celana diskon tadi.
Saat kutolehkan mukaku ke sebelah, ternyata yang kutanya tadi bukan pelayan yang menjaga celana diskon, tapi seorang laki-laki berumur sekitar 40 tahunan yang ternyata juga sedang memilah-milah celana diskon itu di sebelahku.
Aduuuh, malunya…memerah mukaku serasa terbakar saat itu.
Tanpa pikir panjang dan berbasa-basi lagi, aku pun langsung membalikkan badan dan berjalan cepat ke arah konter di seberang tempat suamiku memilih celananya tadi. Langsung menghampirinya dan menarik tangan suamiku seraya mengajaknya pergi.
“Ayo kita pergi dari sini, di sini celananya jelek-jelek! Kita cari di tempat lain saja!”
Suamiku pun hanya melongo sambil terpaksa melangkahkan kaki karena kutarik tangannya agak kencang.
Untung saja dia sudah menjinjing tas kresek putih bertuliskan toko celana tempat dia memilih tadi. Ternyata, dia sudah mendapatkan barang yang dia maksud.
Alhamdulillah, sedikit lega….
Bandung, 15 September 2021
0 Comments