Teman jumlahnya bisa sangat banyak, dengan siapapun kita bisa berteman. Namun, dari sekian banyak teman yang kita miliki, yang benar-benar sahabat barangkali tidak lebih dari jumlah jari di satu tangan. Biarpun jauh dan jarang berjumpa, sahabat tetap sahabat yang selalu dirindukan dan diucap dalam setiap doa. Sahabat selalu ada di pelukan hati.
Menghilang dan menepi untuk beberapa saat seringkali dibutuhkan oleh siapapun. Hidup tidak selalu seperti yang kita bayangkan dan rencanakan, ada banyak kejutan manis dan pahit yang menjadi bagian dalam perjalanan kehidupan. Ada yang bisa dibagi dan diceritakan, tetapi ada lebih banyak lagi yang tetap tersimpan dengan baik. Hanya sahabat yang mengerti, tidak perlu banyak bicara pun sudah mengerti.
Setiap pertemuan dengan sahabat selalu membawa bahagia. Seperti pertemuan saya dengan kawan-kawan sejak masih TK dan remaja beberapa waktu lalu, Desiree, Debby, dan Satrio. Juga ketika terhubung kembali dengan Elsie, Ferry, Tante Ruth, dan lain-lain. Apalagi setelah sekian lama, akhirnya saya datang lagi ke rumah Desiree dan Satrio, berjumpa dengan anak-anak mereka yang saya kenal sejak mereka masih baru lahir. Jujur, rasanya ingin menangis, sebab sudah lama sekali ingin berjumpa, tetapi bila belum tiba saat dan waktunya, hanya ada rindu yang terpendam.
Teringat kenangan di masa lalu yang penuh dengan suka dan duka, canda tawa, juga marah dan tangis. Semua itu tidak kemudian membuat “ikatan rasa” menghilang dan lenyap begitu saja. Setiap pahit dan susah bahkan menjadi gelak tawa bila diingat dan dikenang di kemudian hari. “Duh, kita dulu bodoh banget, ya!”.
Yang paling membuat hati bergetar adalah karena memang tidak mudah untuk menjadi yang berbeda. Seringkali dianggap aneh, gila, lalu dihina dan dicemooh. Banyak teman yang menjauh dan menghindar, bahkan benar-benar seperti malu dan tidak ingin kenal lagi. Sahabat berbeda, mereka tidaklah demikian. Justru ketika sedang menghadapi masalah pelik, jatuh, dan susah, merekalah yang datang membantu. Mencoba memeluk, meringankan beban, menghilangkan susah, dan bahkan memberikan apapun yang bisa mereka berikan. Saling bantu dan tolong menolong, sangatlah berarti.
Banyak orang memang hanya banyak bicara dan menilai sebatas kulit, hanya sedikit yang mampu mengerti dan memaknai jiwa dan rasa. Bila tidak ada jalinan kasih sayang yang mampu diberikan, tidak mungkin bisa terjadi. Seperti pernyataan yang dilontarkan bidadari bungsu saya beberapa hari lalu, “Kenapa saya dianggap aneh dan dibully hanya karena saya senang seni?”. “Tidak semua mampu menghargai seni, bahkan untuk menghargai diri mereka sendiri dan menghormati orang lain sebagai anugerah karunia Allah pun tidak mampu, Nak. Biarlah mereka yang tidak mengerti dan selalu meminta dimengerti, yang terbaik adalah jika kita mampu mengerti,” jawab saya.
Tidak berlebihan bila ada rasa syukur atas semua yang sudah diberikan, termasuk para sahabat. Ada banyak kata yang terus berkecamuk di dalam pikiran dan hati untuk menguraikan betapa bahagianya saya memiliki banyak sahabat. Ini adalah anugerah yang barangkali tidak dimiliki setiap orang. Mereka adalah sahabat, sahabat di pelukan hati.
Bandung, 7 Oktober 2021
0 Comments