Rindu Tiga Jam

Dec 28, 2021 | Cerpen

“Kak, Taqi sudah di bandara. Pesawat berangkat jam 08.00, insya Allah sampai Banda jam 11.00 siang.”

“Baiklah. Hati-hati yaa baca shalawat selama di…. Astaghfirullah….! Allahuakbar..!” tiba-tiba Kak Fani berteriak.

“Ada apa, Kak? Mamak kah?!”

“Gempa, gempa.. Astaghfirullah…” aku seketika panik mendengar suara Mamak dari kejauhan di telepon.

“Tuuuttt…” sambungan terputus. Jantungku berlari saat aku mencoba menghubungi Kak Fani kembali. Berkali-kali kucoba tapi sia-sia. Perasaanku mulai tak karuan. Tak lama ada panggilan.

“Taqi, tadi ada gempa. Aku sudah bawa Mamak keluar,” sedikit lega kurasa. “Qi, Mamak tak apa-apa, tak ada luka. Tak perlulah panik, nak. Allah bersama kami di sini…. Tuutt,” sambungan kembali terputus sebelum aku dapat mengucap sepatah kata pun.

Aku menunggu keberangkatan dengan rasa cemas bercampur rindu. Sambil menghitung-hitung waktu, wajah Mamak seolah begitu dekat. “Tunggu 3 jam saja, Mak. Taqi akan datang,” ucapku dalam hati. Namun tidak lama segalanya berubah.

“Mohon maaf, untuk penerbangan ke Banda Aceh sementara dibatalkan sebab ada gempa berkekuatan besar di sana. Dan berita yang kami dapatkan terakhir, telah terjadi tsunami…” petugas maskapai memberikan informasi yang meremukkan hati, tubuh, dan pikiranku seketika.

Kucoba untuk menghubungi Kak Fani, tak ada jawaban. Kukirimkan pesan, tak ada balasan. Kuberdoa dan mencoba tenang, tak berdaya aku menahan. Air mataku sudah membanjiri pipi, terbayang dua sosok wanita yang begitu kurindukan.

Ruang tunggu bandara dipenuhi kepanikan dan tangisan. Lalu satu persatu nama keluarga diteriakkan ketika beberapa calon penumpang melihat siaran berita melalui TV yang terpampang: “Tsunami di Aceh”. Sekilas aku menatap layar datar itu, lalu seketika kumerasakan sekujur tubuhku dingin, “Innalillahi wa inna ilaihi roji’un…”

**

Yaa…17 tahun sudah peristiwa dahsyat itu mendatangi kampungku. Rinduku tak sampai melihat Mamak dan Kak Fani. Ternyata takdir tak dapat ditunda meski hanya 3 jam. Namun, yang kuingat sampai saat ini hanyalah ucapan terakhir Mamak, “Allah bersama kami di sini…”

Depok, 26 Desember 2021

Baca Juga

0 Comments

  1. Kalau penulis kurang jujur dalam menyajikan karya tulus, pasti dan pasti akan menyesatkan. Maka catatlah sejarah sebagaimana adanya. Syukur2 bisa…

  2. Sangat menginspirasi dan menopang semangat

  3. Sangat inspirasi, membantu menumbuhkan motivasi dan penopang semangat

Pin It on Pinterest

Share This