Relawan Perempuan Tanpa SK

Aug 10, 2021 | Kisah Inspiratif

Ini adalah tetangga RT saya, namanya Vina Dwi Lestari panggilannya Mbak Dwik. Tahun lalu pulang dari Taiwan sebagai migran pas sewaktu awal Covid. Dia di Taiwan juga digembleng sebagai Detasemen Wanita Banser (Denwatser).

Jiwa sosial dan pengabdiannya teruji, saat ini juga tergabung dalam relawan Sapu Jagad. Ketika relawan shelter satu persatu terkonfirmasi positif, termasuk perangkat muda dan kepala dusun muda harus isolasi, Mbak Dwik datang.

Dia bukan nakes, tapi pengalamannya merawat orang bisa diandalkan. Tugasnya termasuk penuh resiko, karena dialah yang ada di dalam shelter gabungan desa mencek satu persatu pasien, terutama yang perempuan. Seorang nenek yang juga terpapar disuapinya ketika kondisi sudah lemah. Masuk dalam shelter dimana pasiennya adalah positif dari hasil tes. Seperti kita masuk di daerah bekas ledakan radioaktif. Terlena, maka kita kena.

Resiko ini hampir semua disadari oleh para relawan di garda depan dan shelter. Mereka bukanlah nakes yang dijanjikan insentif oleh negara, Rp5-10 juta per bulan. Relawan shelter, pemulasaran jenazah, kubur cepat juga mereka yang menyediakan diri jadi orang yang beranjangsana dari rumah ke rumah orang yang isolasi mandiri.

Mereka mempertaruhkan kehidupan mereka sendiri untuk sekedar menyapa dan memeriksa perkembangan pasien dengan alat ukur. Ketika menemui saturasi oksigen kurang dari 80% mereka harus mencarikan rujukan ke rumah sakit (RS) di mana drama ini membuat mereka seperti bola pingpong, ditolak di RS ini, kemudian pindah ke RS lain. Tapi mereka berusaha terus sampai pasien bisa tertangani dan mendapat akses oksigen. Inilah yang kita namakan “kegilaan”.

Hampir di setiap masa krisis atau bencana kita menemukan orang-orang seperti ini. Covid ini sudah seperti fenomena gunung es, persis kami lakukan sampling dari satu RT 9 keluarga terpapar. Kita ambil masing-masing satu orang dan kita swab, hasilnya hanya 2 yang negatif, 7 sisanya positif. Ada yang bergejala tapi mereka takut tes memilih diam saja di rumah tanpa ada guidance. Mereka tak tahu kalau semakin parah harus kemana? Inilah yang menyumbang angka kematian isoman.

Kalau dari awal komunitas siap. Klaster komunitas seperti ini akan lebih termaintain. Mereka yang bergejala ringan akan tekoneksi dengan nakes setempat, yang sedang bisa ke shelter dirawat oleh para relawan seperti Mbak Dwik ini. Saya punya keyakinan corona akan landai, virus ini akan “menyerah” dengan masih banyaknya relawan-relawan tanpa insentif seperti Mbak Dwik ini. Itu yang akan membuat manusia bisa mengatasi bencana ini lebih cepat, selain yang utama, Sains.

Yogyakarta, 26 Juli 2021
Rumekso

Baca Juga

0 Comments

  1. Kalau penulis kurang jujur dalam menyajikan karya tulus, pasti dan pasti akan menyesatkan. Maka catatlah sejarah sebagaimana adanya. Syukur2 bisa…

  2. Sangat menginspirasi dan menopang semangat

  3. Sangat inspirasi, membantu menumbuhkan motivasi dan penopang semangat

Pin It on Pinterest

Share This