Dari mata turun ke hati, kalau mata kaki?
mata tidak pernah berbohong, tapi sering kali orang – orang lebih senang melihat kebohongan
karena “citra” selalu lebih enak dinikmati dari pada aslinya
aku sering dengar orang marah karena menabrak selalu bilang, “punya mata, liat dong.”
padahal tanpa mata pun aku masih bisa melihat walaupun sebatas asumsi dan prediksi
seperti ketika masuk kamar malam hari setelah pergi seharian dan lampu dalam keadaan mati
tidak perlu pusing harus bagaimana, ya tinggal mengingat dimana letak saklar dan menyalakannya walupun ujung jempol terkadang beciuman dengan ujung lemari terlebih dahulu
terkadang aku seperti tak perlu lagi melihat hal yang sudah biasa ku lihat jika ingin mengambil atau menuju ke arahnya
seperti dimana letak buku yang akhir – akhir ini ku baca
pensil yang sering ku pakai
dimana biasa aku menggantung jaket dan topi
sambil jalan tinggal ambil, ambil dan ambil
bisa juga dari kebiasaan singkat kayak membaca sambil minum kopi
awalnya mungkin aku liat dulu dimana gelasnya
setelah 2 3 kali mengambil gelas, berikutnya sambil membaca aku bisa sambil mengambil gelas tanpa perlu melihat lagi dimana gelasnya
apakah tangan ku bisa melihat?
jangan – jangan setiap bagian tubuh ku bisa menghasilkan pengelihatan?
lalu apa guna mata?
aku ingin melanjutkannya, tapi ini mulai terasa mengerikan…
0 Comments