Visits: 0
Oleh: Yudhie Haryono
Demi Latta dan Uzza. Di sini aku menenun cinta monyet, kasih yang entah ke berapa. Dari ujung jalan ini, depan SMA. Berlari-lari antara Baturaden dan Sokaraja. Di ujung angkot dan bus kota, Aku menunggumu, aku menantimu. Engkau yang tak pernah tahu.
Demi pasir dan getek yang tertimbun Serayu. Waktu malam mendekap petromaks. Juga saat waktu panen. Di tengah terik matahari dan seribu bulan purnama. Aku menyanyikan kisah tentang kita, cinta yang tidak tak tersampaikan.
Aku mendengar jerit kemiskinan. Aku mendendang alunan denting suara hati. Aku menyanyikan samroh-samroh tua di musala. Sambil mengulas kembali jejak yang telah lalu. Jejak SMP dan SMA.
Untukmu yang entah kini di mana. Untaian makna yang tercipta tanpa sampai telingamu. Sampai pada sebentuk lagu. Antara mendoan dan getuk goreng kulihat wajahmu. Dan, kuabadikan di tempat terindah. Museum Gula Kalibagor.
Pulang ke kota kita seperti pergi ke museum. Ada getar, ada nostalgia dan ada romansa. Jiwa dan rasa tertumpah di depan alun-alun ibu kota. Wedang jahe dan suara azan masjid mengganggu senyummu.
Kata teman-teman, engkau pernah menulis surat untukku. Surat yang tak pernah sampai di tanganku. Aku membacanya di tangan kawanku ketika sehari sebelum ajalku tiba.
Kawan, katamu di surat itu.
“Janganlah menggali sumur untuk mendapatkan air ketika tenggorokan sudah terasa haus. Lebih baik persiapkan sumur sebelum persediaan air menipis. Karena adakalanya menggali sumur lebih mudah bila tanah yang digali kita basahi dengan air persediaan yang kita miliki.”
Sampai matiku, aku tak paham maksud suratmu. Nanti mau kutanyakan pada Tuhan saat bertemu. Kalau tuhan tak paham, kan kutanyakan saat kau mati dan menuju ke mari.
Setelah di neraka karena banyak dosa, kupahami aku bukan yang tercinta bagimu. Yang ada di hatimu cuma dia. Ya. Hanya dia yang juga tak mencintaimu. Tak dapat kusangsikan ternyata dirinyalah yang kau cintai tetapi dia tak mengerti dirimu. Apalagi mencintaimu. Bagaimana denganku? Miriplah dengan dirimu.
Aku bertaruh nyawa untuk mendapatkan cintamu. Kamu berpikir keras bagaimana mendapat perhatiannya. Dia bertindak bagaimana rindu belahan hatinya. Purwokerto, kota mencinta tanpa dirasa.
Berbahagialah Mereka yang Masih Punya Cinta
Dengan itu ia akan tahu bahwa Baturaden, adalah sepotong surga yang dijatuhkan Tuhan saat bahagia. Sokaraja, adalah desa makmur tempat manusia berkreasi dan bercinta. Kamu? Entah di mana kini berada.(*)
0 Comments