Kelam Pikiran, Qolbu
Alam berduka, biarlah berduka
Berduka sepanjang masa sudah waktunya
Semua lupa siapa dirinya
Hanya memikirkan jiwa raganya
Kata terucap tidak membawa makna
Apalah artinya hanya sementara merusak semuanya
Inginkan hidup tanpa persaingan melupakan di hadapannya
Berdiri dengan sesamanya yang sama perilakunya
Hanya semu tak jelas dari masa ke masa
Beratap tanpa penyangga
Berdiri tanpa kedua kakinya
Hanya kepala yang menjadi kebanggaannya
Terjatuh lunglai tanpa ada yang membantunya
Saat ini masih gagah dan bernyawa
Berbuat apa saja hanya memburu hingar bingarnya kemewahan
Tertutup sudah yang terbaik tidak karena Allah
Jalannya tersesat masih menganggap biasa saja
Salam penghuni alam kelam.
Insan Perusak Alam
Hawa atas sana tenang melilit sukma
Kepala terkulai seperti tanpa penyangga
Putik mata diam tak tau arah kemana
Urat wajah menghiasi alam semesta
Murkanya alam akan menabrak jiwanya
Engkaulah perusak alam yang penuh bahagia
Engkaulah penabur racun angkara murka
Engkaulah menaburkan benih-benih guratan hitam
Engkaulah membengkokkan guratan putih pengisi alam
Menjadikan alam seperti tidak bernyawa
Sang alam diam bukanlah mengamininya
Diam termangu dengan rencana Sang Ilahi
Waktu sudah dekat mengikat auramu
Auramu hitam akan membakar pikiranmu
Duhai manusia hilang rasa cinta kasih
Cinta kasih hanya ucapan di bibir tak berarti
Engkau kobarkan seakan jiwamu suci
Namun sebagai mesin perusak di alam yang penuh arti ini
Salam Ajal Kelam,
Hati Kelam
Engkau bisa rasakan hawa halus menembus hati
Menuju garis garis lurus menembus segala penjuru
Lantunan suara hati tak terdengar merebak sampai batas tanpa batas
Mengiris siapa yang ada dengan tidak bisa dirasakan
Hai.. hawa halus begitu sadunya sampai engkau terpesona
Sang pemilik memiliki semuanya diberikan kepadanya
DihadapanNya tak tahu apa yang sudah diterima
Hanya jiwa jiwa yang sama hawa halus yang dapat merasakannya
Begitu sensitifnya engkau tidak bisa merasakan keharuan
Keharuanmu hilang terbawa keharuan hawa hitam
Lupa dan lupa dan ingat sesaat kemudian kembali ke asal muasalnya
Kembali pada titik dan sulit bangkit menunggu waktu yang begitu lama
Salam Perenungan,
Yudi E Handoyo, S.H.
0 Comments