Ketika seorang lelaki merebahkan kepalanya di atas bantal,
Matanya erat terpejam,
Pikirannya melayang-layang entah ke mana,
Jiwanya terbang bersama impian dan khayalan…
Ketika seorang lelaki merebahkan kepalanya di atas bantal,
Mulut terkatup diam,
Hati dan nalarnya berbicara tanpa batas,
Beribu berjuta kata ingin diurai dan diucapkan…
Ketika seorang lelaki merebahkan kepalanya di atas bantal,
Ada rasa yang terpendam,
Banyak tanda tanya tentang misteri perempuan dan kehidupan,
Entah kapan mendapatkan kepastian jawaban…
—
Seorang perempuan yang lekat menatapnya,
Ingin mendekat dan mendekap,
Menghapus segala gundah gulana dan berbisik tentang masa depan,
Tidak perlu meminta dimengerti tetapi mengertilah,
Dunia ini penuh sandiwara dan hanya sekejap mata,
Perempuan dan lelaki tak mampu terbang bila bukan karena kesepasangan sayap,
Kewajiban dan hak butuh keadilan yang sama,
Ragu dan takut hanya menghentikan langkah…
Bila aku dan kamu tetap aku dan kamu, bagaimana dengan kita?! Dirimu langit dan aku bumi, Kita adalah alam…
Cinta, sayang, dan rindu Kita selalu ada nyata di keabadian…
Yang lalu biarkan berlalu meski bukan untuk dilupakan,
Kini dan kita adalah masa yang akan datang.
—
Aku ingin Kita terbang bersama, dari satu bunga ke bunga yang lain, memberikan keindahan dan kehidupan baru bagi dunia. Apalah aku tanpamu, dan bagaimana denganmu tanpa aku?! Ada banyak bintang yang mesti Kita ukir bersama, mereka menantikan waktu untuk bisa benar terang dan bersinar dalam setiap gelap dan kegelapan. Gairah alam negeri menantikan goresan tinta emas Kita, bukan untuk Kita, namun untuk mereka.
Bandung, 18 September 2021
Mariska Lubis
0 Comments