Menela’ah lembar demi
lembar kisah yang tertoreh
di setapak perjalanan
dikala sengketa hati
tak jua tersudahkan
Rindu dendam
bercengkrama
dengan dahaga
menghitung masa
menunggu tiba
Setitik noktah
yang melekat
di seraut wajah
telah memicu
prahara
Onak duri
seakan tiada arti
digilas
roda-roda belati
Di lorong-lorong sunyi
di lembah-lembah terjal
kucoba mengingat kembali
riak senyummu nan puisi
agar kupunya sebuah alasan
untuk kembali
Dangau Puisi
Billabong
0 Comments