Persekongkolan Tiran Dan Tirani

by | Nov 1, 2021 | Pojok

Bila tirani adalah para aristokrat penguasa dan para tiran lebih dekat dengan masyarakat, maka bila bersekongkol jadilah sebuah kekuasaan yang mementingkan kepentingan pribadi dan kelompok keduanya. Kapal yang hendak karam pun bisa dibuat seolah-olah masih bisa berlayar menerjang badai, persengkongkolan permainan politik hermeuneutika bahasa dan jurnalisme kuning antara keduanya mampu menutup kebenaran. Ditambah lagi dengan mental jajahan mereka yang dikuasai, kadal pun lebih mudah untuk menelan lalat.

Teriakan anti feodal, benci aristokrat, memaki kaum elite terus menggema, seolah memang mereka sudah sangat kejam dan jahat. Kaum miskin terus dibela dan seolah tidak pernah salah. Kemiskinan dan kebencian dijual, fakta dan kenyataan, bahkan yang miskin pun ingin dianggap kaya, yang OKB ingin dianggap elite dan bahkan perilaku feodal dan aristokrat ditiru. Ketika kemudian mendapatkan kesempatan, pada akhirnya berlebihan dan menjadi tiran dan tirani yang jauh lebih kejam.

Seperti “kaget” dan selalu “terkejut”, entah benar memang demikian atau pura-pura. Ketika orang yang benar elite dan kaya justru lebih ingin membumi dan sederhana, kaum menengah dan OKB lebih senang dan berburu “dunia”, sementara yang miskin pun mengejar pengakuan dan eksistensi. Menjual bualan sudah biasa, mengobral kekayaan dan kepalsuan menjadi budaya. Bukannya diperangi malah diikuti dengan berbagai alasan termasuk budaya dan “sudah biasanya begitu”. Tidak punya rasa malu apalagi kepedulian. Pura-pura saja semua.

Para sok pejuang pun tidak mau kalah, sama juga menjual bualan dan menjadi kadal tiran dan tirani. Malah lebih keledai daripada para tiran dan tirani. Kepala boleh keras tetapi kalau isinya angin, untuk apa?! Kalau isinya gas, jadinya seperti kepala pentul korek api semata. Mudah dibakar dan hangus, lalu kemudian bingung dan semakin parah karena tidak tahu harus berbuat apa. Ujungnya beralasan duit lagi duit lagi juga, padahal untuk perjuangan yang sesungguhnya banyak yang bisa dilakukan jika mau belajar, rendah hati, dan bersatu. Bambu runcing saja bisa membuat Indonesia merdeka!

Yah beginilah bila kebodohan dan pembodohan ditambah kesombongan diteruskan. Apa yang benar menjadi salah dan yang salah dibenarkan. Terlalu mudah “dikonstruksi” sesuai kepentingan, sadar tidak sadar, diakui tak diakui. Mau berlagak seolah paling benar dan baik, justru semakin nampak topengnya. Lebih baik biasa sajalah, tidak perlu berlebihan. Kembali ke titik nol, ya ke titik nol, bukan ke titik kenihilan agar tidak sia-sia. Tidak ada faedahnya hidup berlebihan, hiperbola, dan melakukan segala tindakan yang mubazir! Jangan mau jadi lalat yang dimakan kadal tiran dan tirani!!!

Bandung, 1 November 2021

Mariska Lubis

Baca Juga

0 Comments
  1. Kalau penulis kurang jujur dalam menyajikan karya tulus, pasti dan pasti akan menyesatkan. Maka catatlah sejarah sebagaimana adanya. Syukur2 bisa…

  2. Sangat menginspirasi dan menopang semangat

  3. Sangat inspirasi, membantu menumbuhkan motivasi dan penopang semangat

Pin It on Pinterest

Share This