Saya sering bertanya-tanya pada diri sendiri, mengapa saya tidak sreg dengan feminisme. Usut punya usut, rupanya karena feminisme pergerakannya selalu dibayangi tema perjuangan persamaan hak kaum perempuan terhadap kaum laki-laki. Sehingga tertanam di alam bawah sadar bahwa perempuan dan laki-laki itu bersaing dan saling berhadap-hadapan.
Meski harus diakui ini merupakan reaksi terhadap sistem sosial yang membelenggu dan merendahkan derajat perempuan. Namun pada fase berikutnya, muncul gelombang kesadaran baru yang memyempurnakan pandangan kaum feminisme bahwa intisari persamaan derajat pria dan wanita itu adalah berjuang dan melakukan aksi bersama-sama, demi terwujudnya masyarakat yang adil, sejahtera, dan makmur.
Dengan begitu, laki-laki dan perempuan sama-sama merdeka, sama sama sejahtera, dan sama-sama bahagia lahir dan batin.
Bila kemudian pria dan wanita dalam skema tersebut sejatinya merupakan mitra bukannya atasan dan bawahan, apakah yang merekatkan keduanya agar bersinergi? Mereka harus menjadi belahan jiwa atau soulmate serta hubungan yang kemistri.
Ini bukan saja sebatas perjodohan, melainkan juga ketika menjadi mitra melalui berbagai kerjasama yang terbangun di berbagai ragam bidang. Barang tentu yang paling penting, sebagai mitra pergerakan.
0 Comments