Jalanan aspal mulus kubelah kencang
Menembus halimun tipis
Dingin menggigit
Sementara, Sinar Sang Bhaskara muncul malu-malu mengintip lajuku
Batara Bayu pun meniupkan maruta dinginnya
Kanan kiri kulihat perlahan
Hamparan padi menghijau bersiap menguning
Yang konon luasnya makin menyempit, berganti dengan tembok tembok pabrik atau rumah penduduk
Kelokan sungai, kadang melebar, kadang menyempit
Kadang mengalir deras, kadang hanya terlihat air mengintip di sela batu
Sementara,
Di hadapanku, jajaran bukit, pegunungan saling berangkulan
Tubuhnya lebat hijau ditutupi hutan dan berserak pohon rimbun
dan kadang sebagian berselimut warna coklat meranggas,
karena tubuhnya luka terkuliti erosi
Beberapa menit berlalu tadi
Kobaran dahana dengan rakus membakar lahan, kebun dan hutan sebelah kiriku
Gumpalan asap pekat membumbung, menarik udara segar untuk ikut berpesta membara
Sebelah kanan, terhampar luas wilayah biru atas kekuasaan Hyang Baruna
Sesekali terlihat jauh nelayan melaju, mencoba menyapu ikan di sekitar biduknya
Tenang tanpa ombak tinggi, seakan memberi asa pada nelayan untuk sebanyaknya mengambil kekayaan di bawah kapalnya
Walau sesekali, kegeraman melanda, kala kapal besar mudahnya mengeruk hasil di wilayah ini
Kuhela nafas, kudesahkan perlahan
Membatin dan bercakap padaNya
Yaa Allah Sang Maha Perkasa
Betapa karuniaMu pada kami
Tanah air Nusantara ini
Warisan Ibu Pertiwi
Menggumpal syukur terbatin,
Yaa Rabb, tetaplah Tanah air ini menjadi Nusantara kami,
Jangan berikan warisan ini pada yang bukan berhak, atau kepada sebagian kami yang tamak.
Kami, anak negeri masih siap menjaga anugerahMu,
Mempertahankan tiap jengkal kekayaan Pertiwi dari ketamakan bangsa lain dan para penjual bangsa.
Yaa Rabbal ‘alamiin,
Kabulkanlah, berkahi dan ridhoi keinginan kami
Kubersujud, menangkupkan tangan, bermunajat padaMu,
Yaa Rabb ku…
Depok-Magelang
Akhir Januari 2021
0 Comments