Pengaruh Lingkungan dan Spirit DNA

Dec 19, 2021 | Opini

Mengapa anak-anak Sukarno tak menjadi seperti dirinya yang akrab dengan panggilan Bung Karno. Kenapa Hatta anak-anaknya tak menjadi seperti dirinya yang kerap dikenal sebagai Bung Hatta. Kenapa Sam Ratulangi, anak-anaknya tak menjadi seperti dirinya yang dikenal sebagai Sam Ratulangi. Kenapa HOS Cokroaminoto yang melahirkan tiga pemimpin bangsa seperti Sukarno, Kartosuwiryo dan Semaun, anak-anak biologisnya tidak ada yang seperti Pak Cokro?

Mari sekarang kita lihat kebalikannya, bukankah ini justru bukti nyata bahwa DNA tidak mengatur takdir atau nasib seseorang, apalagi menurunkannya kepada anak cucu. Nyatanya, lingkunganlah yang memantik DNA seseorang.

Coba perhatikan begitu Pangeran Diponegoro semenjak bayi merah pindah kota dari Yogya ke Tegal Rejo yang berada di pinggir kota, beliaulah satu-satunya karakter Kraton yang kelak terang-terangan melawan belanda dan menjadi pencetus Perang Jawa (1825-1830).

Padahal secara DNA kakeknya Sultan HB II dan Ayahandanya, Sultan HB III, cenderung lunak dan kompromi kepada Belanda. Mestinya Pangeran Diponegoro kalau secara DNA mengikuti kakek dan ayahnya seharusnya memiliki sifat yang sama lunak dan sama komprominya pada penjajah.

Namun dari cerita ini tampak jelas bahwa spirit lingkunganlah yang bisa menyetir DNA mengubah takdir hidup manusia. Jadi tidak ada cerita kalau bapaknya pejuang anaknya juga pejuang. Tapi sebaliknya, tidak tentu juga kalau bapaknya maling pasti otomatis anaknya juga maling.

Jadi kalau mau anak-anaknya persis memiliki sifat dan kepribadian seperti tokoh besar atau legenda dari para orang tuanya, orang tua harus menceburkan anak-anaknya ke spirit lingkungan yang memantik DNA-nya untuk dididik menjadi pejuang. Menceburkan anak-anaknya ke spirit lingkungan sangat penting untuk membentuk kepribadian seseorang hingga memiliki kepekaan dan kepedulian pada sekelilingnya atau lingkungan sosialnya.

Dulu Bung Karno meski bukan anak biologis Pak Cokro, beliau sering diajak Pak Cokro ke rapat-rapat umum yang mengundang Pak Cokro sebagai pembicara dan bertemu para tokoh-tokoh pergerakan Sarikat Islam. Sedangkan putra biologisnya, Anwar Coktjroaminoto, sama sekali tidak pernah diajak Pak Cokro ke spirit lingkungan pergerakan seperti yang dilakukannya terhadap Sukarno.

Alhasil, Sukarno mewarisi jiwa kepemimpinan dan kejuangan Pak Cokro, bukan anaknya Pak Anwar Cokro.

Baca Juga

0 Comments
  1. Kalau penulis kurang jujur dalam menyajikan karya tulus, pasti dan pasti akan menyesatkan. Maka catatlah sejarah sebagaimana adanya. Syukur2 bisa…

  2. Sangat menginspirasi dan menopang semangat

  3. Sangat inspirasi, membantu menumbuhkan motivasi dan penopang semangat

Pin It on Pinterest

Share This