Setelah sepekan berlalu, panitia penjaringan pemilihan Ketua RW 13 belum juga ada perubahan, alias belum ada yang daftar. Masih minim partisipasi warga yang mau mencalonkan diri jadi ketua, padahal di Perumahan Mutiara kurang lebih ada 400 Kartu Keluarga yang tinggal dan sebagian besar banyak warga yang punya kemampuan di atas rata-rata, baik kemampuan ekonomi, skill, ilmu, orasi, finansial dan sebagainya. Secara statistik perumahan tempat kita tinggal ialah perumahan menengah ke atas, dengan sedikit keunikan yakni adanya blok khusus yang disediakan pengembang untuk keluarga dari pengembang, walaupun cuma ada sembilan unit dan yang terletak di RT 12 mempunyai perlakuan khusus.
Masalahnya pencalonan Ketua RW bukan masalah kemampuan saja, tapi juga masalah kemauan diri secara sukarela yang siap berkorban waktu dan tenaga bahkan pikiran untuk mengelola administratif kependudukan di lingkungan warga setempat, dengan kata lain Ketua RW dan jajarannya adalah struktur pemerintahan terkecil kepanjangan tangan dari Pemerintah Kota Madya atau Kabupaten di daerahnya masing-masing.
Organisasi RW adalah organisasi nirlaba yang bukan bertujuan profit oriented pengurus harus siap berkorban.
Saya pernah jadi pengurus RT selama tiga periode, cukup lama juga tapi periode terakhir cuma berjalan lima bulan. Jika ada yang mau menggantikan saya persilakan. Banyak dinamika selama saya menjabat ketua RT, dengan jumlah warga yang sedikit dan juga iuran yang sedikit juga karena ada saja rumah kosong di lingkungan baik dua atau tiga rumah sehingga iuran setoran ke RW juga sedikit. Lingkungan di RT saya, sering kali tertimpa bencana baik itu tanah longsor, bantaran kali amblas, tembok runtuh, dan jalan lingkungan yang masih belum diaspal. Lingkungan RT 12 secara geografis adalah lingkungan bencana, posisinya kurang menguntungkan.
Alhamdulillah semua itu telah dilalui dengan aman terkendali tiada yang terlalu menonjol. Pernah ada kejadian lucu bin unik, ada warga yang ngontrak tidak bayar iuran selama tujuh bulan dan pengurus RW tidak mengangkut sampahnya, sehingga bau busuk menyeruak ke mana-mana, lalat-lalat bantak berterbangan, hingga sudah ada belatung kecil di tempat sampahnya. Tadinya saya tidak terinfo, namun setelah saya tahu permasalahanya, saya selesaikan dengan membayar menggunakan uang kas RT dan masalah tuntas. Bagi saya kebersihan lingkungan lebih saya utamakan dan juga melihat kemampuan ekonomi warga. Saya selalu berusaha untuk tidak membebani warga, seminim mungkin memberatkan warga saya, dan di akhir masa jabatan saya masih ada sisa uang yang disisihkan untuk membeli 2 meja lipat, 10 kursi lipat, dan tenda lipat ukuran 3×6 meter untuk keperluan pertemuan rapat warga ataupun hajatan bahkan warga yang tertimpa musibah kematian. Dengan kas RT yang minim bisa dioptimalkan fungsinya.
Kembali ke laptop, sebenarnya warga enggan mendaftar jadi ketua RW ada beberapa sebab antara lain tiadanya kesinambungan program-program kerja RW dari pengurus RW sebelumnya yang dijadikan skala prioritas, banyaknya dinding tembok batas dengan luar komplek yang rawan jebol, belum adanya kesepakatan dengan RW 08 yang notabenenya jadi sumber masalah, ini mungkin jadi program yang harus skala prioritas bagi calon ketua RW yang baru nanti yang akan dilantik dan terakhir mendesaknya perlu adanya AD/ART RW, sebagai acuan GBHNnya RW dalam melaksanakan tugasnya.
Akhir kata, semoga kita mendapatkan pemimpin yang baik dan mampu mengayomi semua warganya.
Depok, 28 Juli 2023
Budi Bram
0 Comments