Dua tahun kalender akademik kebijakan pemerintah telah dilaksanakan yakni meliburkan aktivitas (tatap muka) kepada seluruh lembaga pendidikan termasuk Perguruan Tinggi. Hal ini tentunya berdampak besar pada perkembangan pendidikan anak, yang saat ini dituntut untuk belajar mandiri, belajar secara daring (dalam jaringan).
Pembelajaran daring atau online merupakan sistem pembelajaran tanpa tatap muka secara langsung antara guru dan siswa tetapi pembelajaran dilakukan melalui jaringan internet. Hal ini merupakan tantangan besar bagi seorang pendidik, karena dalam kondisi seperti ini pendidik dituntut untuk bisa mengelolah, mendesain media pembelajaran (media online) sedemikian rupa guna untuk mencapai tujuan pembelajaran dan untuk mencegah atau mengantisipasi kebosanan peserta didk dalam pembelajaran model daring tersebut.
Meski pembelajaran secara daring ini banyak mengalami kendala, namun masih dianggap jalan terbaik. Pembelajaran daring atau disebut juga PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh) menjadi solusi terbaik agar proses pendidikan tetap berlangsung sekaligus menghindari peserta didik terpapar virus yang belum ada obatnya itu. Meski hampir dua tahun dijalani, nampaknya pelaksanaan PJJ masih saja mengalami banyak kendala. Masih banyak pendidk yang kesulitan mengajar secara daring, bahkan pada tingkat mahasiswa juga merasa kewalahan saat mengikuti PJJ. Akibatnya adalah terjadi penurunan prestasi belajar. Dalam pengamatan penulis serta dari perbincangan baik sesama dosen maupun mahsiswa proses pembelajaran secara daring ini banyak menimbulkan dampak negatif yakni:
Pertama, pembelajaran daring dinilai kurang efektif dan efisien. Pembelajaran melalui daring membutuhkan usaha para siswa dan mahasiswa dalam memahami materi dan konsep yang disajikan dan disampaikan melalui video, powerpoint, dan kelas online. Dan kurangnya interaksi fisik antara pendidik dan peserta didik, karena dalam pembelajaran online peserta didik hanya diberikan tugas melaui online. Kebanyakan peserta didik baik siswa maupun mahasiswa kesulitan dalam mengerjakan tugas dikarenakan tidak ada penjelasan-penjelasan awal dari pendidik tentang tugas yang dibebankan tersebut, terlebih pada mata kuliah yang berbasis pratikum.
Akibat dari kurangnya interaksi langsung antara pendidik dan peserta didik, otomatis berkuranglah internalisasi nilai-nilai karakter yang semestinya harus ditanamkan seorang pendidik ke dalam diri peserta didik. Dalam jangka panjang hal ini akan mengakibatkan degradasi moral pada peserta didik terlebih pada para siswa, karena tugas seorang pendidik bukan hanya mengajar, mentrasferkan ilmu pengetahuan (pelajaran) saja, tetapi seorang pendidik juga dituntut untuk mendidik (pembentukan akhlak dan karakter).
Kedua, keterampilan dalam penggunaan teknologi. Masih banyak pihak pendidik maupun peserta didik yang diajar mengalami kebingungan dalam menggunakan media pembelajaran seperti Zoom, Google Classroom, Google Meet, dan lain sebagainya.
Ketiga, dalam perkembangan teknologi dari sisi negatifnya, perkembangan teknologi dapat memicu adanya cyber crime pada aplikasi dan/atau plat form pembelajaran daring.
Keempat, munculnya tekanan dan stress yang dialami oleh peserta didik, tekanan dan stress ini dipicu oleh rasa bosan karena metode pembelajaran yang dilaksanakan monoton. Di sisi lain juga adanya ketakutan masing-masing individu terhadap adanya pandemi Covid-19.
Kelima, ketidakmerataan akses di berbagai daerah, yang mana sering kali membuat siswa dan mahasiswa di daerah tertentu kesulitan dalam mengakses jaringan. Kesulitan dalam mengakses jaringan ini sangat berpengaruh dalam pemebelajaran daring terutama di kala dilaksanakannya kelas online, terutama pada daerah-daerah yang rawan pemadaman listrik.
Tidak hanya itu, para siswa termasuk mahasiswa juga merasakan PJJ juga berdampak pada menurunnya capaian belajar dengan kesenjangan yang semakin lebar akibat perbedaan akses dan kualitas pembelajaran itu sendiri.
Sambut Pembelajaran Tatap Muka Dengan Gembira
Begitu ada sinyal dari pemerintah bahwa diperbolehlan melaksankan proses pembelajaran tetap muka walau dengan pola terbatas, maka sontak sebagian besar orang tua setuju dengan rencana ini, termasuk para siswa dan juga mahasiswa.
Lalu bagaimana dengan para pendidik? apakah para para pendidik mendukung pembelajaran tatap muka di masa pandemi?
Beberapa orang dosen dan mahasiswa yang penulis sodorkan pertanyaan itu memberikan jawaban dan alasan sebagai berikut :
Alasan Penting Perlunya Pembelajaran Tatap Muka Saat Pandemi
- Efektivitas Pembelajaran. Alasan pertama dan yang paling penting untuk segera diadakan pembelajaran tatap muka adalah agar pembelajaran berjalan efektif. Harus diakui bahwa selama PJJ ini, pembelajaran tidak berlangsung secara efektif. Pendidik tidak bisa efektif dalam mengajar. Sebaliknya, peserta didik juga tidak bisa efektif menyerap materi pembelajaran.
- Fokus Belajar. Belajar dari rumah membuat banyak peserta didik tidak fokus belajar. Mereka banyak terdistraksi dengan lingkungan rumah. PJJ membuat murid-murid terhubung dengan internet, ini membuat mereka susah fokus belajar sebab teralihkan dengan media sosial.
- Mengejar Ketinggalan Beberapa penelitian menunjukkan bahwa, PJJ membuat banyak murid ketinggalan pelajaran, dengan adanya pembelajaran tatap muka, diharapkan bisa mengejar ketinggalan selama ini.
- Mengurangi Ancaman Putus Sekolah, Risiko putus sekolah menjadi makin besar karena anak terpaksa harus bekerja membantu perekonomian keluarga di tengah krisis pandemi COVID-19. Persepsi orang tua yang tidak bisa melihat peranan sekolah dalam proses belajar mengajar juga menjadi penyebab banyak orang tua memutuskan untuk menghentikan anak sekolah. Dengan kembali masuk sekolah, ancaman putus sekolah bisa dikurangi.
- Mengurangi Tekanan Psikososial. Minimnya interaksi sosial dengan pendidik, teman serta lingkungan, ditambah tekanan pembelajaran jarak jauh dapat menyebabkan anak stres, ini tidak akan terjadi jika mereka bisa kembali belajar di sekolah.
- Mengurangi Kendala Tumbuh Kembang, Perbedaan akses dan kualitas membuat kesenjangan capaian belajar terutama untuk anak dari sosio ekonomi berbeda. Hilangnya pembelajaran tatap muka secara berkepanjangan juga berisiko terhadap pembelajaran jangka panjang baik secara kognitif maupun perkembangan karakter.
- Lebih Terkontrol. Pembelajaran tatap muka membuat proses belajar lebih terkontrol. Sebab Pendidik bisa secara langsung mengawasi peserta didiknya.
- Memudahkan Praktikum. Jika pembelajaran dilakukan dengan tatap muka, proses praktikum dan penugasan juga lebih mudah disiapkan, diatur, dan dinilai. Sebab seluruh peserta didik bisa dilihat secara langsung kinerja dan proses kerjanya oleh pendidik.
Namun, hal-hal tersebut diatas, tidak boleh mematahkan semangat kita dalam menjalankan tugas sebagai pendidik, tidak boleh mematahkan semangat peserta didik dalam belajar, pandemi covid ini tidak boleh mematahkan semangat dan harapan kita semua. Pandemi covid 19 ini mungkin saja datang sebagai ujian untuk kita semua, dibalik kesedihan seluruh belahan dunia, kita harus mampu mengambil hikmah dari pandemi ini, apakah kita mampu mencerdaskan kehidupan bangsa walau dalam kondisi seperti ini. Goresan sederhana ini adalah hasil pengamatan dan bincang-bincang penulis baik sesama dosen dan juga siswa dan mahasiswa dimana penulis mengajar, pendapat penulis ini sangat dipengaruhi oleh kondisi daerah dimana penulis tinggal yakni sebuah kota kecil di Sumatera Selatan. Semoga goresan sederhana ini bermanfaat. Aamiin. (DS).
0 Comments