Banjir pengkhianat dan pengkhianatan makin nyata. Bumi manusia makin surplus peternak dusta dan pendusta. Mereka mulai dusta pada Tuhannya. Dusta pada semesta. Dusta pada sesama. Dusta pada keluarga. Dusta pada dirinya. Ini dusta yang lima, yakni pancadusta sebagai antitesis Pancasila.
Ini agak janggal karena bumi ini adalah tanah suci dilahirkannya Pancasila yang jujur dan pusat spiritual dunia. Inilah bumi nusantara, di masa tengah. Inilah bumi atlantik, di masa purba. Inilah bumi lemuria, di masa pra-sejarah.
Lemuria merupakan peradaban pra-sejarah yang muncul sebelum Atlantis, sekitar 75.000 SM-11.000 SM. Sedangkan peradaban Atlantis merupakan peradaban purba, kuno dan enigmatis yang melanjutkan lemuria, 11.000 SM-4 SM.
Setelah itu, peradaban Nusantara. Dalam arti yang lebih luas, Nusantara dalam bahasa modern meliputi Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand Selatan, Kepulauan Andaman dan Nikobar, Brunei, Filipina, Timor Timur, Papua Nugini, Solomon Utara, Kepulauan Selat Torres, serta pulau-pulau kecil di samudra Hindia seperti Pulau Natal, Kepulauan Cocos (Keeling), dan Pulau Pasir. Semua terhubung dengan samudra Atlantik dan benua Atala yang menjadi induk peradaban Atlantik yang mistis, spiritualistik, gigantik, tetapi tertelan bencana dan paregreg lalu dihabisi kolonialisme.
Kini, mungkin mereka lupa bahwa kekuasaan itu buta, menyengsarakan siapa saja. Terutama kekuasaan yang KKN dan anti tanah suci. Menyiksa yang mendapatkannya maupun yang menyumpahinya. Tetapi, ia memang diperebutkan nyaris tiap detik dan di sembarang tempat dengan giat.
Kini, mungkin mereka lupa bahwa dusta itu candu, membawa pelakunya semi orgasme dan ketagihan. Orang Jawa menyebutnya “tanduk” dan kemelekatan. Ia singgah di mana saja, dari rumah ibadah sampai istana. Dan, ia mengundang pelaku untuk mengulanginya. Terus dan (maunya) tak putus.
Memang, di zaman penjajahan lama yang jahat dan rakuslah yang berkuasa menyiksa plus tega. Sedangkan di zaman modern, yang dusta, bohong dan yang munafik itulah yang mendominasi, menguasai, memperkosa dan semau-maunya.
Maka, kewarasan, keidealan, kepancasilaan sudah terkubur di perut Bumi dan dilarung di sungai untuk sampai lautan. Dilupakan dan dijadikan sampah yang tak layak dikenangkan. Kehadirannya diharamkan. Mereka dimuseumkan tanpa ingatan. Ini keterlaluan. Karenanya, teorema aku berdusta maka aku ada, harus diganti menjadi aku berpancasila maka aku mengada. Sekarang juga.
Sungguh, tanpa perjuangan yang gigih untuk memerdekakan diri, mengangkat harkat dan martabat sebagai punggawa tanah leluhur, menyucikan kembali tanah-tanah surga dan bumi manusia serta rumah kaca tempat mengabdi, kita hanya akan dianggap kotoran oleh kekuasaan oligarki yang kemaki.
Kini, mari kita bangkitkan kembali dengan memberikan konteks lagi konstitusi yang dimulai dengan proklamasi kemerdekaan kedua.
Proklamasi.
Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan Kemerdekaan Indonesia yang kedua. Hal-hal yang mengenai penggunaan Pancasila dan UUD 45 yang asli dll. akan diselenggarakan dengan cara seksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.(*)
Yudhie Haryono
Rektor Universitas Nusantara
0 Comments