Ketika ditanya siapa Pahlawanmu? Saya menjawab, ibu. Selain ayah, seorang Ibu adalah Pahlawan. Bahkan Ibu adalah Pahlawannya Pahlawan. Bukankah semua orang, bahkan yang bergelar Pahlawan pun terlahir dari rahim seorang Ibu?
Setiap manusia terlahir ke dunia ini melalui rahim seorang Ibu. Kecuali yang dikisahkan berikut ini:
“Beritahu kepada kami tentang lima makhluk yang berjalan di atas permukaan bumi, tetapi tidak satu pun di antara makhluk-makhluk itu dilahirkan tanpa ibu atau induknya”. Demikian pada suatu hari seorang Rahib Yahudi bertanya kepada Umar bin Khathab As. Kemudian Umar meminta Ali bin Abi Thalib As. menjawab pertanyaan Rahib tersebut.
Sayidina Ali pun menjawab dan menegaskan bahwa semua makhluk itu telah disebutkan dalam Al Quran. “Lima makhluk tersebut adalah: Adam, Hawa, unta Nabi Salleh, Qibasy Nabi Ibrahim (kambing yang ditukarkan untuk menggantikan sembelihan Nabi Ismail a.s.), dan Tongkat Nabi Musa (yang menjelma menjadi ular).”
Dari kisah tersebut kita ketahui bahwa semua manusia terlahir dari seorang Ibu kecuali Adam dan Hawa.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), disebutkan bahwa Pahlawan adalah orang yang menonjol karena keberanian dan pengorbanannya dalam membela kebenaran, pejuang yang gagah berani. Bukankah seorang Ibu memenuhi semua kriteria dalam pengertian tentang Pahlawan tersebut?
“….Ibunya telah mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Masa mengandung sampai menyapihnya selama 30 bulan… ” (Qs. Al-Ahqaf :15).
Ayat tersebut menjelaskan bahwa ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Yakni ibunya mengandungnya dalam perut dengan penuh kesusahan, begitu pula ketika dia melahirkannya. Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan). Demikianlah waktu yang dibutuhkan, mulai dari awal kehamilannya sampai masa penyapihan. Kemudian kedua orang tua akan bersusah payah dalam mengasuhnya sampai dia dapat hidup mandiri.(Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh)
Semua wanita yang pernah mengandung dan melahirkan pasti mengalami susah payahnya mengandung dan melahirkan. Melahirkan secara normal atau pun melalui operasi caesar. Bila dikaruniai beberapa anak, maka mengandung dan melahirkannya pun tentu beberapa kali pula. Bisa dibayangkan betapa besar pengorbanan seorang Ibu itu, nyawa pun seringkali menjadi taruhannya. Adakah yang dapat membalas pengorbanan seorang Ibu seperti itu?
Diriwayatkan dari Abi Burdah, ia melihat melihat seorang penduduk Yaman yang sedang thawaf di sekitar ka’bah sambil menggendong ibunya di punggungnya sambil bersenandung :
“Sesungguhnya diriku adalah tunggangan ibu yang sangat patuh. Apabila tunggangan yang lain lari, maka aku tidak akan lari.”
Orang (yaman) itu lalu bertanya:
“Wahai Ibnu Umar apakah aku telah membalas budi kepadanya?”
Ibnu Umar menjawab:
“Tidak, walaupun (dibanding dengan) satu tarikan nafas ketika melahirkan.” [Adabul Mufrad]
Setelah melahirkan seorang Ibu melalui tahap menyusui. Bagi seorang Ibu hal ini sangat penting karena air susu Ibu (ASI) bukan hanya bermanfaat bagi bayinya tetapi jg untuk dirinya.
Meski pemberian ASI eksklusif hanya 6 bulan, pemberian ASI dapat dilanjutkan hingga usia bayi 2 tahun. Menurut ilmu kedokteran pemberian ASI hingga 2 tahun ini telah memberikan perlindungan daya tahan tubuh berupa antibodi dan daya tahan pada anak. Tak hanya itu, fakta membuktikan bahwa menyusui lebih dari 2 tahun juga dapat memberi kedekatan psikologis dengan anak dan membantunya tetap merasa aman dan nyaman. Menyusui juga bisa menurunkan resiko seorang Ibu terkena kanker payudara dan ovarium.
Seorang ibu juga multitasking. Berbagai profesi dapat ia perankan.Tidak hanya sebatas mengandung, menyusui, kemudian menyapihnya. Saat anak sakit, walaupun seorang Ibu bukankah seorang perawat atau bahkan seorang dokter, tetapi ia akan begitu telaten merawat anaknya yang sakit, memberikan pertolongan pertama pada anaknya sebelum dibawa ke dokter.
Meskipun bukan pula seorang juru masak atau pun ahli gizi tapi seorang Ibu juga biasanya sangat perhatian dengan makanan dan kandungan gizi di dalamnya. Walaupun katanya tak pandai masak, tak jarang ia terjun sendiri memasak makanan dan menyiapkan makanan untuk anaknya.
Seorang Ibu juga menjadi guru pertama bagi anaknya. Seorang anak mulai belajar menggerakan motorik halus dan kasarnya melalui ibunya. Belajar berbicara, belanjar membaca hurup a-b-c, alif-ba-ta juga dari ibunya. Tentang budi pekerti, kerja keras, dan semua hal yang baik, ibunyalah yang pertama kali mengajarkannya. Hingga seorang penyair ternama Hafiz Ibrahim mengungkapkan, “Al-Ummu madrasatul ula, iza a’dadtaha a’dadta sya’ban thayyibal a’raq”.
Artinya: Ibu adalah madrasah (sekolah) pertama bagi anaknya. Jika engkau persiapkan ia dengan baik, maka sama halnya engkau persiapkan bangsa yang baik pokok pangkalnya.
Dengan demikian masa depan seorang juga dapat ditentukan dengan bagaimana ia memperoleh pendidikan pertama dari ibunya.
Banyak orang hebat dan sukses yang tidak lepas dari jerih payah juga do’a dari seorang Ibu. Banyak cerita yang mengisahkan bagaimana seorang Ibu yang rela tidak makan dan berbohong pada anaknya bahwa ia sudah makan padahal sebenarnya belum makan hanya agar anaknya bisa makan. Tak jarang pula Ibu yang melakukan pekerjaan berat bahkan pekerjaan yang tidak baik semua demi anaknya agar bisa makan.
Hal yang tak kalah penting adalah do’a seorang Ibu yang senantiasa mengharapkan yang terbaik buat anak-anaknya.
Seorang dokter muda pernah mengisahkan bahwa keberhasilan dia menjadi dokter seperti sekarang ini tak lepas dari do’a ibunya. Saat ia ujian, ibunya senantiasa berada di atas sajadah mendo’akan ia yg sedang ujian di sekolah atau di kampus.
Masih ingat dengan kisah Imam masjidil haram?
Ibunda dari Syekh Sudais amat mengerti dan meyakini jika ucapan adalah doa. Oleh sebab itu, ia selalu berkata yang baik-baik agar selalu datang kebaikan.
Saat Syekh Sudais masih kecil, ia sempat membuat kesal ibundanya. Sudais kecil menuangkan pasir ke dalam hidangan yang sudah disiapkan ibunya untuk menjamu tamu. Sang ibu yang mengetahui kelakuan anaknya kemudian memarahi Sudais kecil. “Sudais Pergi kamu…! Biar kamu jadi imam di Haramain…(Masjidil haram)!” ucap ibunya.
Ucapan ibunda Sudais itulah yang menjadi doa luar biasa untuk Sudais. Pada usia 24 tahun Sudais pun menjadi imam di masjidil haram.
Sebuah peribahasa mengatakan, “kasih Ibu sepanjang jalan, kasih anak sepanjang penggalan.” Ini diartikan bahwa kasih dan sayang seorang Ibu kepada anaknya tiada terbatas bukan hanya pada saat anaknya masih berada di kandungan tapi setelah bayi itu lahir, tumbuh menjadi anak-anak, dewasa, dan tua sekali pun kasih sayang seorang Ibu akan terus mengiringi langkah anaknya. Namun bagaimana dengan kasih sayang seorang anak terhadap ibunya?
Seorang Ibu bisa merawat satu bahkan lebih dari seorang anaknya. Tapi seorang anak adakalanya tidak bisa merawat satu ibunya saja. Tak heran bila ada sebuah berita viral yang katanya tiga orang anak menyerahkan pengasuhan ibunya kepada panti jompo hanya karena anak-anaknya sibuk dan tidak sanggup mengurus ibunya. Padahal pintu Surga itu terletak di kaki ibunya.
Hadits al-jannatu tahta aqdam al-ummahat, diriwayatkan Ibnu ‘Addi dalam al-Kamil, dari jalur Musa bin Muhammad al-Maqdisi dari Ibnu Abbas. Redaksi hadis tersebut sebagai berikut: ”Surga itu (berada) di telapak kaki ibu, dari jalur manapun masuk dan dari jalur manapun pula keluar.”
Begitu besarnya Jasa dan pengorbanan seorang Ibu. Jadi tak salah jika seorang Ibu juga mendapat gelar Pahlawan bahkan Pahlawannya Pahlawan. Bukankah Rasulullah SAW. pun begitu memuliakan seorang Ibu?
Suatu hari, seseorang datang kepada Rasulullah SAW dan berkata, “Wahai Rasulullah, kepada siapakah aku harus berbakti pertama kali?’ Nabi SAW menjawab, ‘Ibumu!’ Orang tersebut bertanya lagi, ‘Kemudian siapa lagi?’ Nabi SAW menjawab, ‘Ibumu!’ Orang tersebut kembali bertanya, ‘Kemudian siapa lagi?’ Beliau menjawab, ‘Ibumu!’ Orang tersebut kembali bertanya, ‘Kemudian siapa lagi?’ Nabi SAW menjawab, ‘Kemudian ayahmu.” (HR Bukhari dan Muslim).
Selamat Hari Pahlawan semua Ibu, Pahlawannya semua Pahlawan ❤️
(NR/November2021)
0 Comments