Di antara kegelapan malam, di tengah hujan yang belum juga reda.
Nun di atas sana, sepasang mata menatapku tajam menghujam.
Aku pun bergidig “Mata nagakah itu?” Bisik hatiku.
Lalu kakiku seperti terpaku tak mampu melangkah.
Mulutku pun terkunci tak mampu bersuara.
Sementara hawa dingin semakin menyelimuti hingga seluruh raga.
Tiba-tiba sang naga menyemburkan api warna-warni dari mulutnya.
Merah, kuning, dan jingga menyala menerangi kegelapan.
Laksana selendang bidadari jatuh ke bumi.
Seketika dingin pun lenyap sudah, tergantikan selendang bidadari melilit tubuhku.
Hangat namun tidak menyengat.
0 Comments