Moral adalah ajaran tentang baik buruknya perbuatan dan perilaku, akhlak, budi pekerti atau susila yang dimiliki semua orang. Pada dasarnya sebagai makhluk citptaan Tuhan Yang Maha Esa, dengan segala kesempurnaannya tentunya dapat menentukan dirinya sendiri sebagai insan manusia seutuhnya.
Manusia terlahir dari gua garba seorang ibu, dan menghirup udara segar di alam semesta, dari kelahiran dan segala timangan, asupan, doa terkumandangkan dengan harapan menjadi anak yang sholeh dan sholehah. Di iringi segala proses pembelajaran, penuntunan baik dohir dan batiniah dengan sentuhan kelembutan, kepastian pada masa depan.
Di sisi lain pada waktunya melalui langkah proses pembentukan, perubahan secara pelan dan pasti, menuju proses pendewasaan dan tanggungjawabnya dikala semua proses dilalui secara linier dan kebagusan. Dengan berbagai situasi dan kondisi yang ada, sebagai manusia yang berkeinginan berhasil, bermanfaat, berdaya guna, berkembang dan lain-lain, ada dalam jiwa manusia. Tatkala semua tercapai dengan kerja kerasnya, usahanya dan berbagai hal yang melingkupi dari sisi-sisi lainnya dalam sebuah proses perjuangan dan doa, dukungan maka kebanyakan warna sebuah jiwa raga manusia mengalami pergeseran pula kehidupan kesehariaannya, kegiatannya, pola hubungan, pola tindakannya, apalagi perilakunya tingkahlakunya akan dipengaruhi oleh perubahan kesuksesan yang diraihnya.
Hal sebuah kewajaran bagi insan manusia, oleh karena tercipta atas kehendaknya berbeda-beda satu sama lainnya. Kembali lagi pada insan manusianya sendiri, membuat warna dalam kehidupan, penghidupan dan insteraksi sosial masyarakat lainnya mengalami perubahan secara bertahap baik pada sisi positif negatif kecenderungan mewarnainya.
Kembali lagi bahwa insan manusia adalah misterius, misterius terkait sukma roh dan jiwanya, jika jasad jelas bentuk dan wujudnya. Oleh karenanya setiap proses perjalanan insan manusia, tersembunyi hal-hal yang tidak tampak di permukaan, jika terjadi hal-hal pada diri manusia atas perbuatan baik positif negatif dan atau perbuatan yang menabrak rambu-rambu hukum, adat istiadat, etika sosial lainnya, baru bisa terbaca dengan jelas.
Sebaik-baiknya ucapan pitutur, ataupun ucapan tidak baik insan manusia, membawa makna dihadapannya, tergantung pada diri manusianya juga. Karena kesemuanya seakan memperingatkan pada diri sendiri ataupun orang lain. Apabila terjadi berbuat yang tidak semestinya dan terus berlanjut tergantung atas sikap yang diambilnya.
Situasi dan keadaan tidak hanya orang yang bergelar berjajar, sederet atas kemampuan yang dimilikinya, atau kamampuan dalam berbagai ke ilmuan, namanya insan manusia terdapat adanya celah kesalahan, kekeliruan, kekhilafan baik berkadar sedang, menengah dan tinggi. Tingkat kedisiplinan, mental yang membajapun yang dibentuk diri insan manusia secara diri sendiri, saat-saat tertentu mengalami kemerosotan, kekeroposan di dalam jiwanya, dan terarah menabrak tindakan-tindakan yang konyol yang membawa mala petaka kecil, besar, merugikan orang lain serta pihak lain. Dampak tindakan yang konyol menyangkut hubungan antar manusia menjadi kerusakan mental, kerusakan moral, menuju kerusakan sosial kemasyarakatan secara meluas.
Banyak yang terjadi tindakan kerusakan mental, kerusakan moral memberikan dampak yang sangat serius, baik dalam hal pemerkosaan, pencabulan begitu masif membawa jatuhnya korban kebiadaban dan kasus lainnya yang lebih merusak, sesungguhnya secara sadar bahwa tindakannya membuat kerusakan yang sangat serius, namun tetap dilakukan di langgar seperti hal yang biasa saja, seperti tidak ada apa-apa, kalau demikian sebagai insan manusia dikatagorikan sebagai apa yang paling tepat!. Apakah, manusia tidak bermental, manusia rusak moralnya, manusia tidak punya hati, manusia tidak berakhlak, manusia salah asuh dan salah didik. Sungguh sangat memalukan dan tidak punya rasa malu yang dapat dikatagorikan dengan kadar sangat berat. Kadar yang sangat berat bagaikan limbah beracun yang dapat mencemari daratan, lautan membuat kerusakan totatilas alam semesta dan kematian manusia secara cepat.
Alam semesta semakin tua, manusia silih berganti masanya, jika di atasnya pendahulunya tidak menjadikan tonggak dan suritauladan yang hakiki, maka lingkungan garis penerusnya akan membentuk hal yang sama, oleh karena dianggap benar dan pembenaran walaupun dianggap tidak tepat. Bagaimana melakukan perubahan jika tidak bisa diatasi oleh manusia, setiap masa perjalanan ke depannya. Ataukah kembali pada alam semesta atas kuasaNya yang memporak-porandakan keadaan sehingga menjadi kiblat terbalik, dan menjadikan kesadaran yang mutlak dan hakikisebagai insan manusia yang sempurna dan seutuhnya.
Sby, 19 Desember 2921
0 Comments