Kehidupan jika dihayati dari setiap perilaku, tingkah laku sudah tercermin sejak dini, terarah menunjukkan tanda-tanda tatkala menuju remaja, dewasa akan semakin tampak kehendak yang akan diperbuat. Kondisional hubungan indikator meningkat diawali dari yang sederhana sampai sesuatu hal yang sulit akan diketahui ke depannya.
Semakin beranjak beradaptasi pada lingkungan, dapat mempengaruhi secara signifikan. baik dalam hal masih proses belajar maupun tingkat profesi melekat, hal ini dapat berpengaruh secara individual, dapat pula adanya intervensi di atasnya, sehingga tidak akan berkutik atas dasar tekanan.
Prinsip idealisme akan runtuh dan mengikuti alur, jika mempertahankan kehendak secara normatif dan benar langkah yang dilakukan, berdampak pula terkesampingkan, terpinggirkan bisa pula tidak dianggap, disingkirkan oleh karena tidak sependapat dapat pula terancam setiap jejak kaki.
Keadaan yang sesungguhnya, warna selalu tergambar tercermin di setiap lini, hal demikian menjadi proses pembelajaran sangat buruk. Menjadi sebuah kebiasaan turun temurun, silih berganti seakan tindakan diterapkan seolah-olah benar, padahal kerusakan dipatrikan sepanjang perjalanan yang dilalui.
Pada dasarnya keadaan demikian mengalir dari yang kecil sampai pada tingkatan luar biasa. Pengibaratan genderang kerusakan ditabuh berkumandang, menggelegar ke segala penjuru arah. Kecintaan semakin mendalam, menjadikan hal biasa dilakukan tidak memiliki rasa malu, masih bisa tertawa, bersenang-senang atas apa yang dimiliki tidak sewajarnya
Penggambaran kehancuran, kerusakan moral pada titik kulminasi tertinggi, dilakukan secara masif, seraya tidak dapat terhenti. Terlihat tidak terjadi sesuatu di atas permukaan, di bawah lautan bagaikan air tenang namun tekanan yang lebih besar menekan berton-ton pemberat.
Sangatlah menyesakkan nafas, hantu kecil maupun besar telah berlari cepat dari atas ke bawah dan kebalikannya, seraya berlomba-lomba memperebutkan sebuah trofi kehidupan dan menjadi raja kecil diwarnai kepalsuan. Tidak akan berakhir walaupun berguncangnya air samudra, puting beliung mencabut setiap perlintasan, air bah menenggelamkan daratan, halilintar menyambar permukaan bumi, gunung meletus seisinya perut bumi dimuntahkan.
***
Perlintasan kahanan semakin kelam, bagaikan ruangan tanpa penerang.
Sorot cahaya pun menelisip pada celah, tiada sinar cemerlang
Aura kegelapan menyelimuti, suasana hambar semata
Walaupun urat nadi berdetak, detakan seakan mati
Melengking suara melejit di angkasa, terasa tak bermakna
Meraung-raung menakutkan, tiada getaran berwibawa
Seribu kata seolah benar, terhempas terbawa angin terikat di jenggala
Tiada guna manfaat, walaupun bersila seolah sebagai pertapa
Terbungkus kemewahan, gemerlapnya kilauan emas tiada cahaya
Melangkah bagaikan raja dan ratu, tapak alas kaki berat, semut pun tertawa
Berlagak seperti dewa dewi suci, terhiasi tajamnya duri
Tersirat guratan-guratan bagaikan belati, hendak menguliti
Trofi kehidupan, menjadi incaran permainan sang pengendali
Walaupun terpagari pisau tajam, jalan tetap melenggang
Kekuatan dalam genggaman, hanya menunjuk jari
Berjalan di belakang layar, bak sutradara memainkan peran
Surabaya, 30 Mei 2023
Yudi Ento Handoyo
0 Comments