Sedetik, semenit,…berlalu tanpa lagu
Dari aku sendiri hingga berjajar satu dua di ruang itu
Menunggu sosok penolong bersahaja
Tanpa mantra, dupa dan bunga-bunga
Di ruang bersih di atas bangku besi hijau
Kusandarkan punggung pada dinding kaca
Ah, kenapa dinding ini tidak terbuat dari busa saja?
Sesekali mataku memejam menahan rasa
Tigapuluh menit sudah bergulir sang waktu
Belum juga nampak sosok yang kami tunggu
Dudukku mulai gelisah kini
Sesekali kuangkat pantatku berpindah posisi
Kutebar pandanganku menyapu tiap bagian ruang tunggu
Ada jam dinding yang terus berdetak menghitung waktu
Aku mulai lelah menyandar pada kaca bagai batu
Ketika sang penolong melangkah menuju ruang tunggu
Ponorogo, 16 Nov. 2021
0 Comments